194 Tahun Penangkapan Pangeran Diponegoro, Titik Tolak Kebangkitan Bangsa

Oleh: Wahjudi Djaja*

28 Maret 1830. Setelah melalui perjalanan dan perjuangan yang memporak-porandakan kas Belanda, manusia yang paling dicari itu akhirnya berada di hadapannya. Apapun cara dan strateginya harus dilakukan agar manusia yang merepotkan ini bisa ditangkap. Dan de Kock, seorang jenderal perang, harus menggunakan siasat licik nan busuk untuk menangkap Ksatria Jawa ini.

Episode sejarah itu kemudian menjadi fenomenal. Bukan saja karena kemarahan Pangeran Diponegoro yang tertahan mengingat janji silaturahmi de Kock di hari kedua lebaran dikhianati, tetapi dua fenomena yang mengikutinya. Keduanya adalah munculnya lukisan karya Raden Saleh pada 1857 dan dimulainya babak awal perjuangan nasionalisme Indonesia.

Raden Saleh Syarif Bustaman, seorang priyayi sekaligus pionir seni modern Indonesia, melukis adegan penangkapan sebagai seorang Jawa, bila tak bisa dibilang indonesianis. Ada kegetiran dan kesedihan sebagaimana dipantulkan para penderek (pengikut) yang meratapi kelicikan Belanda hingga senapati mereka ditangkap. Lama tersimpan di Istana Het Loo Belanda–sebagai hadiah Raden Saleh untuk Raja Willem III–baru pada 1978 kembali ke Indonesia dan kini tersimpan di Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Penangkapan Pangeran Diponegoro (Foto: Republika.co.id)

Namun, sebelum Raden Saleh ada pelukis Belanda Nicolaas Pieneman yang melukis penangkapan Diponegoro pada 1835. Sebagaimana visi Neerlandosentris, lukisannya menerakan kepongahan Belanda setelah berhasil menangkap Diponegoro. Narasi yang dibangun adalah putra Sri Sultan Hamengku Buwono III itu menyerahkan diri kepada de Kock sehingga mengakhiri Java Oorlog atau Perang Jawa. Lukisan Pieneman tersimpan di Rijksmuseum Amsterdam.

Dalam historiografi perbedaan cara pandang dan visi adalah lumrah dan biasa terjadi. Bagi Belanda, Pangeran Diponegoro tetap sebagai pemberontak atas kekuasaan Nederlands Indie. Dia dianggap mengganggu rust en orde atas upaya pembentukan Pax Neerlandica. Sebaliknya, Pangeran yang bergelar Erucakra itu adalah pahlawan yang membebaskan Tanah Jawa dari cengkeraman kolonial Belanda. Perang lima tahun yang dia pimpin menjadi perang terbesar yang dihadapi Belanda di luar benua Eropa. Kerugian yang ditangung Belanda cukup besar.

Terlepas dari kontroversi kedua pandangan, Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro telah mengubah konstelasi dan kebijakan Belanda di tanah jajahan. Kerugian yang diderita Belanda selama perang coba ditutup dengan mengeluarkan kebijakan sistem tanam paksa. Penduduk dan rakyat di tanah jajahan dieksploitasi untuk memberikan pemasukan bagi Negeri Belanda. Sistem yang tak bermoral ini dengan cepat mampu menutup kekosongan kas Belanda, tetapi melahirkan kemiskinan dan penderitaan rakyat di tanah jajahan. Dari sinilah muncul politik etis yang kemudian membuka ruang sejarah bagi munculnya bangsawan baru yang meliputi kelompok intelektual. Merekalah protagonis lahirnya nasionalisme.

Penulis di kamar Pangeran Diponegoro di Fort Rotterdam

Setelah ditangkap pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditahan di Keresidenan Semarang di Ungaran, lalu pada 5 April 1830 dibawa ke Batavia melalui Semarang. Dia kemudian dimasukkan dalam penjara Stadhuis pada 11 April 1830. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memutuskan membuang Pangeran Diponegoro ke Menado pada 30 April 1830. Rombongan besar Pangeran Diponegoro sampai di Manado pada 3 Mei 1830 dan ditawan di benteng Nieuw Amsterdam.

Penulis di makam Pangeran Diponegoro

Selanjutnya, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar pada 1834 dalam penjara benteng Fort Rotterdam. Dia menghabiskan masa tuanya sambil menulis kisah hidup yang kemudian dikenal sebagai Babad Diponegoro. Sosok dengan beragam kelebihan akhirnya wafat di Fort Rotterdam pada 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Kampung Melayu Kota Makassar. (Dari berbagai sumber)

Ksatrian Sendaren, 28 Maret 2024
*Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama)

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co