Dari Workshop Penulisan Sejarah Disbud Sleman, Dibentuk Sembada Muda Historia

Sejarah tak hanya peristiwa dan rekaman yang menyertainya. Ia adalah inspirasi yang bisa memotivasi kehidupan. Menulis sejarah adalah kerja peradaban.

Demikian benang merah Workshop Penulisan Sejarah yang digelar Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kebupaten Sleman. Kegiatan yang dilaksanakan di Floating Resto hari ini, Rabu (11/9/2024) menampilkan narasumber Wahjudi Djaja SS MPd, seorang penulis, budayawan dan sejarawan. Peserta berasal dari SMA, SMK, MA dan sederajat se-Kabupaten Sleman. Mereka adalah peserta yang lolos Lomba Penulisan Sejarah bertema Sejarah Tetenger di Kabupaten Sleman.

Memberikan materi tentang Penulisan Sejarah di Media Massa, Wahjudi Djaja menjelaskan, selain harus mematuhi kaidah penulisan sejarah juga harus menguasai teknik penulisan dan kode etik jurnalistik. “Sejarawan atau penulis sejarah tak boleh mengejar sensasi. Dasarkan penulisan pada data dan fakta, lalu sajikan dalam bahasa yang populer agar terbaca dan mudah dipahami pembaca”, tandas Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama) ini.

Ada satu hal, lanjut dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta ini, yang sering dilupakan para penulis sejarah dan sejarawan. “Desa kita kaya dengan oral history (sejarah lisan). Untuk mengangkat narasi sejarah perang kemerdekaan atau pembuatan Selokan Mataram, misalnya, kita bisa melacak para warga yang dulu pernah terlibat dalam pembangunan. Itu akan menjadikan narasi sejarah kita hidup, kaya dan inspiratif”, jelas Peraih Anugerah Kebudayaan Sleman 2023 ini.

Peserta dan pendamping workshop (Dok: mabur.co)

Dalam acara yang dimoderatori Riani SS, arkeolog alumni FIB UGM, dilontarkan untuk memfasilitasi kegiatan penulisan sejarah dalam sebuah wadah atau forum. “Kita bisa membuat komunitas penulis muda yang anggotanya dari para peserta lomba penulisan sejarah. Namanya bisa Sembada Muda Historia. Dari mereka kita bisa menulis hal ihwal tentang sejarah yang ada di Kabupaten Sleman. Ke depan kita berharap dari mereka keluar buku, karena menulis adalah kerja peradaban dan buku adalah cindera mata kebudayaan”, jelas Wahjudi.

Hadir dalam workshop antara lain Kepala Bidang Bahasa, Sastra, Sejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan Sleman Anas Mubakkir SS, Kepala Sejarah dan Permuseuman Mei Hartati SS dan jajarannya serta para guru pendamping dari tiap peserta. Sehari sebelumnya worshop diisi materi tentang metode dan metodologi penulisan sejarah. Narasumbernya adalah Indra Fibiona SS MAP (Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X) dan Kuncoro Hadi SS MHum (Departemen Sejarah FIS UNY)
(*)

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co