Taman Sesaji Tafsir dan Wujudkan Hamemayu Hayuning Bawono

Lebih dari sekedar uba rampe yang biasa ditemukan dalam upacara, sesaji sesungguhnya juga karya seni sarat makna. Bahkan, apa yang dikerjakan para seniman Taman Sesaji adalah langkah awal dalam mewujudkan prinsip hidup hamemayu hayuning bawana. Ini merupakan lompatan penting dalam makrokosmos Jawa.

Demikian disampaikan Dr Hadjar Pamadhi MA (Hons) saat membuka pameran Ruang Rupa Taman Sesaji, Sabtu (7/12/2024) sore. Kegiatan yang diinisiasi Pusat Kajian dan Studi Budaya (PKSB) Taman Sesaji digelar di Graha Sastra Keselatan antara 7-11 Desember 2024.

Sambutan Hangno Hartono

Lebih jauh disampaikan ada tiga konsep yang ada dalam kosmologi (jagad) Jawa. “Ketiganya adalah danarupa, danapangripto dan danaraos. Dalam ruang dan waktu, ketiganya memainkan peran penting terkait penciptaan karya seni seperti yang dihasilkan teman-teman Taman Sesaji”, tandas penulis buku Pendidikan Seni: Hakikat Kurikulum Pendidikan Seni, Habitus Seni, dan Pengajaran Seni Anak ini.

Sebelumnya Ketua PKSB Taman Sesaji, Hangno Hartono, menjelaskan latar belakang digelarnya Ruang Rupa Taman Sesaji. “Ini sebetulnya dilatar belakangi keprihatinan kami terkait banyaknya misinformasi, disinformasi dan malinformasi menyangkit sesaji. Ndelalah, gagasan kami disambut oleh Unesco sehingga lahirlah gerakan kebudayaan Taman Sesaji”, katanya didampingi Eko Hand selaku Sekretaris PKSB Taman Sesaji.

Dalam orasi singkatnya Wahjudi Djaja mengapresiasi langkah PKSB Taman Sesaji yang membuka ruang untuk menyemai peradaban. “Leluhur kita adalah generasi yang cerdas, mau dan mampu bersenyawa dengan semesta. Mereka hapal dengan vegetasi yang ada di lingkungannya, lalu memanfaatkannya untuk beragam kepentingan termasuk sesasi. Dan, sesaji ini mereka maknai sebagai mekanisme budaya untuk menegosiasikan beragam fenomena alam. Apa yang dikerjakan teman-teman Taman Sesaji ini adalah langkah awal dari jalan panjang revitalisasi peradaban leluhur”, paparnya yang diakhiri pembacaan Sajak Maskumambang karya WS Rendra.

Bejo Ludiro bawakan monolog

Dalam acara yang dipandu Supriyadi SFil, tampil mengisi pembukaan Griwo Degriva Adam yang bacakan puisi sendiri dan Monolog Wayang Mega “Cinta Kasih Tanpa Batas” oleh Bedjo Ludiro. Pembukaan ditandai pemukulan bonang oleh Hadjar Pamadhi dilanjutkan penanaman pohon bodhi.

Minggu (8 Desember 2024) mulai 16.00 WIB akan digelar Performance Ritus Mantra Surya Sakethi “Seribu Wajah” oleh Hangno Hartono, Ulasan Performance oleh Wenry Wanhar, Diskusi Mantra dan Alam Semesta, serta Performance “Ibu Bumi: Bumi Tidak Sedang Baik-baik Saja (oleh Laksmi Sitoresmi).

Para seniman yang gelar karya dalam Ruang Rupa Taman Sesaji adalah Agus Suyamto, Arita Savitri, Bedjo Ludiro, Bedjo Wage Su, Eko Hand, Fio Retno, Guntur Ajisaka, Hangno Hartono, Ian Santana, Ipong Suranto, Iwan Wijono, Sindu Catter, Tri Suharyanto, Tukirno B Sutejo, dan Garuda Sukmantoro.
(*)


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co