Maxime, Kucing Pejuang yang Datang untuk Pergi

Oleh: Rifani Fitri*

Saat sedang memberi makan kucing-kucing liar di samping rumah, tiba-tiba seekor kucing datang dan menggosok-gosokkan kepalanya di kakiku. Seolah mencari perlindungan, ia langsung ikut masuk begitu aku membuka pintu rumah.

Tubuhnya kurus kering, dengan beberapa luka di bagian ekornya yang tampak membusuk. Aku langsung menyadari bahwa Maxime (begitu aku menamainya) bukanlah kucing liar biasa. Cara dia beradaptasi begitu cepat, langsung mengenali tempat makan, litter box, dan tempat tidur, menandakan bahwa ia mungkin adalah kucing rumahan yang tersesat.

Setelah ia makan dengan lahap, aku segera membawanya ke klinik hewan. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa lukanya sudah parah, membusuk, bahkan dipenuhi belatung. Tidak ada pilihan lain selain operasi segera untuk menyelamatkan nyawanya.

Maxime menjalani operasi dan harus dirawat selama tujuh hari di klinik. Saat akhirnya dia diperbolehkan pulang, kesehatannya mulai membaik, meskipun dua hari kemudian ia kembali melemah. Dengan berat hati, aku membawanya kembali ke dokter agar dirawat hingga benar-benar pulih. Setelah tujuh hari lagi, akhirnya Maxime pulang dengan kondisi yang jauh lebih baik.

Ia mulai menjelajahi halaman, menikmati sinar matahari, dan berjalan dengan lebih bertenaga. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Aku dan keluarga harus pergi umroh ke Mekkah, sehingga Maxime dititipkan kepada Pak Supir untuk sementara waktu. Setiap hari, aku menerima kabar tentangnya. Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik.

Hingga di suatu siang, saat aku sedang dalam perjalanan kereta api menuju Jeddah untuk kembali ke Riyadh, sebuah telepon datang. Kabar yang tak ingin kudengar: Maxime telah pergi.

Dia bahkan tidak menunggu aku pulang untuk melihatnya terakhir kali. Seolah tak ingin aku bersedih terlalu lama, ia memilih pergi dengan tenang.

Kini Maxime sudah damai di alam sana. Terima kasih telah datang ke dalam hidupku, walau hanya sebentar. Terima kasih telah berjuang. Kami akan selalu mengingatmu, Max.

*Penulis tinggal di Riyadh


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co