Oleh: Sudibyo Prawiroatmodjo*
Kepulangan Prof. Dr. Achadiati Ikram merupakan akhir dari masa bakti ahli filologi Indonesia generasi kedua. Generasi pertama adalah Prof. Hussein Djajadiningrat, Prof. Tjan Tjo Siem, Prof. Prijo Hoetomo, dan Prof. Prijono.
Dua guru besar yang disebut terakhir merupakan guru besar FIB UGM pada pergantian dasawarsa 1950-1960 (pada waktu itu: Fakulteit Sastra, Pedagogi, dan Filsafat). Sebagai generasi kedua, di kemudian hari Achadiati lebih banyak berhubungan dengan Prof. A. Teeuw dalam pengembangan ilmunya. A. Teeuw merupakan promotor disertasi Achadiati ketika menulis disertasi. Disertasi berjudul “Hikayat Sri Rama: Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan Struktur” diselesaikannya pada 1978.
Disertasi Achadiati, disertasi Sulastin (Prof. Dr. Sulastin Sutrisno) “Hikayat Hang Tuah: Analisa Struktur dan Fungsi” yang diselesaikan pada 1979, dan disertasi Partini (Prof. Dr. Partini Sardjono Pradotokusumo ” Kakawin Gajah Mada Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad ke-20: Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh, dan Hubungan Antarteks” dengan (ko) promotor yang sama merupakan babak baru dalam penelitian filologi Indonesia.
Pertama, penelitian filologi mencoba mencari alternatif bagi metode rekonstruksional Lachmanian, bahkan tanpa penyajian teks pada disertasi Sulastin.
Kedua, penelitian filologi mulai mengakomodasi teori baru dalam penelitian sastra. Dalam pidato perpisahan sebagai guru besar Universitas Leiden pada 1986, “De Tekst: Er Staat Niet Wat Er Staat of Toch Soms”, Teeuw menjelaskan kecenderungan baru ini.
Dari ahli filologi generasi ini saya mengenang inovasi baru yang mereka lakukan pada saat itu. Selamat jalan, Ibu. Pengabdian Ibu pada kajian filologi akan selalu menginspirasi dan dikenang.
*Filolog, Dosen FIB UGM



