Ambarketawang, Pesanggrahan Tempat HB I Menerawang

Terbentuk dari penggabungan empat kalurahan (Mejing, Bodeh, Gamping dan Kalimanjung), Ambarketawang memiliki narasi sejarah yang tak dimiliki satu pun desa di Yogyakarta. Di desa ini, Pangeran Mangkubumi pada 9 Oktober 1755 sampai 7 Oktober 1756 pernah mesanggrah sambil mengondisikan pembangunan Karaton Yogyakarta. Potensi inilah yang harus dibangkitkan saat kita berencana mengembangkan pariwisata Ambarketawang.

Demikian disampaikan Wahjudi Djaja SS MPd dari Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) saat menjadi narasumber dalam Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Pariwisata Kalurahan Ambarketawang. Kegiatan yang difasilitasi Dinas Pariwisata Sleman digelar di Aula Kalurahan Ambarketawang Gamping Rabu (17/7/20224) siang.

Lebih jauh dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta ini menguraikan pentingnya membangun ekosistem pariwisata. “Ambarketawang telah memiliki tradisi saparan Bekakak yang telah dikenal publik. Masalahnya, bagaimana perayaan itu tak hanya mengundang keramain tetapi juga berkorelasi pada peningkatan pendapatan warga dan pemberdayaan potensi Ambarketawang, sehingg kita perlu menginisiasi event baru. Ini yang harus didiskusikan bersama dengan sejumlah pihak yang ada dalam ekosistem pariwisata Ambarketawang”, tandas peraih Anugerah Kebudayaan Sleman 2023 Kategori Budayawan ini.

Sebelumnya Lurah Ambarketawang, Sumaryanto, menyampaikan harapan dan keinginannya untuk membawa kalurahannya menuju mandiri secara budaya. “Kita harus memberdayakan potensi desa terkait UMKM dan kebudayaan agar lebih maju dan bermanfaat bagi warga masyarakat. Itulah sebabnya kami undang para kepala dukuh terkait, PKK, Karang Taruna, UMKM dan tokoh masyarakat agar bergerak bersama. Alhamdulillah kami baru saja diakreditasi oleh Dinas Kebudayaan DIY terkait status kalurahan budaya”, paparnya.

Sedangkan Kepala Seksi Pengembangan Kapasitas SDM dan Kelembagaan, Dinas Pariwisata Sleman Muhari SH menyampaikan, ini merupakan momentum penting bagi masyarakat dan pemerintah Kalurahan Ambarketawang untuk bisa bangkit. “Kita selama tiga bulan akan mendapingi pengembangan potensi pariwisata berbasis kebudayaan. Kami berharap agar kesempatan ini bisa digunakan secara maksimal agar Ambarketawang mewujudkan kalurahan mandiri budaya”, pesannya.

Sekedar catatan, pesanggrahan berasal dari sanggraha berarti berkumpul, perjamuan, dan perlindungan. Bagi wangsa Mataram, Ambarketawang menduduki posisi penting. Pada masa Sultan Agung tempat ini dikenal sebagai Purapara, yakni benteng dan istana untuk persinggahan para raja dan keluarganya. Nama Ambarketawang sendiri merupakan pemberian Pangeran Mangkubumi yang bermakna tempat tinggi (tawang) yang semerbak harum (ambar, ngambar arum artinya harum).

Kepada mabur.co Ketua Pokdarwis Ambarketawang, Suwandi, menyampaikan harapannya agar pengembangan pariwisata Ambarketawang bisa terpadu dengan rencana pengembangan Gunung Gamping sebagai geoheritage. “Kebetulan kami akan menerima kunjungan Tim Verifikasi Pusat terkait keberadaan Gunung Gamping. Semoga langkah kita bisa sinkron dengan program pemerintah”, jelasnya.

Pelatihan mendapat respon para peserta dengan mengajukan pertanyaan dan tanggapan. Hadir dalam acara Pendamping Budaya Ambarketawang Laras Dea dan sejumlah perangkat Kalurahan Ambarketawang. Narasumber lainnya Jajang Sukendar menyampaikan kaitan pariwisata dengan perekonomian melalui peran UMKM.
(*)


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co