Mabur.co
Adat dan tradisi budaya adalah ruh yang menjaga keistimewaan Yogyakarta. Menghidupkan dan mengembangkan adat dan tradisi budaya selain bisa merekatkan kohesi sosial dan memberdayakan potensi desa, juga merupakan upaya nyata untuk tetap mempertahankan keistimewaan Yogyakarta. Apalagi desa kini menjadi pilar utama pusat pengembangan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Upaya itu setidaknya dilakukan oleh pemerintah Kalurahan Sidomulyo Kapanewon Godean Kabupaten Sleman. Dengan beragam khazanah dan potensi sejarah dan adat budaya melakukan kolaborasi dan sinergi dengan semua pemangku kepentingan agar lebih berdaya guna dan bermanfaat bagi masyarakat dan kebudayaan.
Dari beragam potensi yang dimiliki, keberadaan Makam Kyai Wirojombo Dono (putra Sunan Paku Buwono I dari Garwa Selir Nyai Randa Cumbing) di Gancahan VI merupakan pintu pembuka pemberdayaan potensi budaya dan pariwisata.
Kyai Wirojombo Dono adalah Penasihat Spiritual Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) yang turut berperan dalam menentukan lokasi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Berdasar cerita rakyat yang berhasil dikumpulkan Mabur.co, sosok ini selain dikenal sebagai orang yang bersahaja juga senang berderma.
“Kyai Wirajamba itu sering bersedekah. Bahkan tidak sedikit orang yang berziarah meyakini setelah sowan Simbah, apa yang menjadi keinginannya bisa terkabul. Ini sudah menjadi cerita turun-temurun sehingga Kyai Wirajamba juga dikenal sebagai Kyai Dono Murah”, jelas Joko Uripto, warga Gancahan, Sidomulyo, Godean.
Dalam pandangan Joko, menggelar Sadran Agung Kyai Wirajamba bisa mengenalkan tokoh sejarah ini agar dikenal kembali oleh masyarakat. “Kami sangat mendukung agar acara sadran bisa dilakukan setiap tahun. Harapannya agar kearifan lokal peninggalan beliau bisa diselamatkan dan diteruskan”, pungkasnya.
(Jay)



