Dari Temu Arsiparis Dinkes Sleman, Kinerja Pilar Utama Budaya Kerja

Di luar beban kerja yang menjadi tugas pokok dan fungsi untuk mengelola administrasi, seorang arsiparis atau pengelola kearsipan adalah pribadi dengan beragam peran. Kemampuan mengelola diri agar senantiasa maju berkompeten menjadi pilar budaya kerja yang dibangun di tempat kerja dan lingkungan pengabdian.

Demikian disampaikan Wahjudi Djaja SS MPd selaku narasumber dalam Rakor Kearsipan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Acara dilaksanakan Kamis (10/10/2024) siang di Ayem-ayem Coffe. Rakor diikuti arsiparis dan pengelola kearsipan di lingkungan Dinas Kesehatan dan Puskesmas se Kabupaten Sleman.

Kinerja pribadi yang perlu dibangun, lanjut Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama) ini, bertumpu pada kesadaran dan pemahaman diri atas enugerah Tuhan baik jiwa maupun raga.

“Tuhan tak pernah main-main saat mencipta manusia. Kita dibekali akal, pikiran, hati dan panca indera untuk dijadikan alat meraih tujuan hidup. Tapi banyak yang terjebak karena sudah merasa sibuk dan lelah dengan hidup. Padahal kita adalah penulis skenario, sutradara dan pemaian ataa drama kehidupan kita”, tandas dosen STIEPAR API Yogyakarta ini.

Pilihannya, imbuh budayawan Sleman ini, rencanakan hidup sebaik mungkin sedari bangun sampai tidur kembali. “Kerjakan rencana itu dengan tekun, optimalkan anugeran Tuhan, jadikan doa sebagai teman perjuangan serta yakin bahwa Tuhan akan berikan jalan dan kemudahan”, pungkas penulis buku sejarah ini.

Sebelumnya, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Sleman Agus Triono ST, saat memberi sambutan menyampaikan tiga isu penting terkait arsiparis dan pengelola kearsipan.

” Pertama, ketercukupan tenaga kita masih jauh dari standar. Ini membawa dampak pada ketimpangan yang mempengaruhi kinerja di masing-masing Puskesmas. Kita juga mengalami kekurangan di jabatan pelaksana, sudah tak mempunyai PNS, yang berimbas pada organisasi. Belum ada tenaga yang khusus mengelola arsip (arsiparis), sementara Pemkab belum merekomendasikan”, tandasnya.

Mugkin 2-3 tahun ke depan, lanjutnya, Bapak Ibu masih diminta mengelola arsip. “Kedua, kita mengalami transisi terkait pengelolaan arsip, dari manual (tekstual) menuju elektronis. Ini jadi ribet karena Bapak Ibu mengerjakan dua jenis arsip sekaligus. Ketiga, terkait reformasi birokrasi yang digulirkan pemerintah. Orientasi kita sampai pada budaya kerja dengan core value, Berakhlak. Kata kuncinya pada kompetensi”, jelasnya.

Tenaga kita terbatas, sementara beban pekerjaan bertambah, di sisi lain ada tuntutan dari masyarakat. “Kita harus berorientasi pada pelayanan internal (Puskemas/UPT maupun pimpinan), secara eksternal harus melayani masyarakat yang memantau kinerja secara langsung melalui media sosial dan beragam aplikasi. Maka peningkatan kompetensi menjadi kunci budaya kerja yang mampu menjawab tantangan zaman”, papar alumni Teknik Kimia UGM ini.

Dimoderatori arsiparis Dinkes Sleman Budi Wahyono AMd, acara dilanjutkan dengan sharing session dan tanya jawab. Suci (Puskemas Seyegan) menyampaikan dinamika ibu rumah tangga dengan aktifitas kuliner di rumah. Sedangkan Guntur menginginkan adanya bimktek yang bisa mengasah kompetensi dan meningkatkan kedudukan para pengelola kearsipan.

Kepada mabur.co, Hartanti (Puskesmas Kalasan) menyampaikan terima kasih atas motivasi narasumber karena bisa menambah semangat hidup dan pengabdian. “Apa yang disampaikan tadi akan saya terapkan ke pribadi saya biar tambah semangat bekerja”, katanya.
(*)


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co