Douglas MacArthur: Singa Tempur dengan Doa Termasyhur

Oleh: Wahjudi Djaja*

Membicarakan Perang Dunia II kurang afdol jika melupakan peran Panglima Tentara Sekutu Jenderal Douglas MacArthur. Bukan saja karena kemampuannya menaklukkan keberingasan pasukan berani mati Jepang dan menguasai Asia, tetapi juga kepiawaiannya dalam merangkai doa dalam kata yang sarat makna hingga sampai sekarang melegenda.

Lahir dari keluarga dengan tradisi militer pada 26 Januari 1880, MacArthur digembleng dalam pendidikan militer di West Point pada 1898. Malang melintang di berbagai front pertempuran tak menghilangkan naluri cinta kasihnya sebagai seorang ayah yang sayang pada anaknya. MacArthur wafat pada 5 April 1964. Puisi doa yang dia untai pada Mei 1952 begitu indah penuh makna. Doa itu dia persembahkan untuk anaknya yang berusia 14 tahun. Puisi itu dia beri judul A Father’s Prayer:

Ya Tuhan, bentuklah putraku, menjadi cukup kuat untuk mengetahui kapan ia lemah, dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri ketika ia takut, seseorang yang akan percaya diri dan mengakui dengan jujur kekalahannya, serta rendah hati dan lembut dalam kemenangan.

Bentuklah putraku, agar keinginannya adalah untuk tidak mengambil tempat dalam kumpulan pendosa, seorang anak yang mengenal Engkau, dan yang mengenal dirinya sendiri sebagai dasar dari segala pengetahuannya.

Aku mohon, tuntunlah ia, bukan di jalan yang mudah dan nyaman, tetapi di bawah tekanan dan desakan, kesulitan dan tantangan. Biarkan ia belajar untuk berdiri di tengah badai, biarkan ia belajar untuk mengasihi mereka yang gagal.

Bentuklah putraku untuk memiliki hati yang jernih, yang memiliki cita-cita luhur, seorang yang dapat memimpin dirinya sendiri sebelum dapat memimpin orang lain, seorang yang akan mencapai masa depan, tetapi tidak pernah melupakan masa lalu.

Dan setelah semua hal ini ia miliki di dalam dirinya, aku mohon, tambahkanlah, rasa humor yang cukup dalam dirinya, sehingga walaupun ia selalu serius, namun tidak pernah menganggap dirinya terlalu serius. Berikanlah ia kerendahan hati, sehingga ia dapat selalu mengingat kesederhanaan dari kebesaran yang sejati, pikiran terbuka atas kebijaksanaan, dan kelembutan dari kekuatan sejati.

Dengan demikian, aku, ayahnya, akan memberanikan diri untuk berbisik, “Hidupku ini tidaklah sia-sia!”

Doa yang harus dibaca dan dipahami setiap orang tua. Bukan fasilitas dan kemudahan yang diberikan pada anak, tetapi bimbingan untuk menapaki laku hidup penuh kesungguhan. Anak harus menyadari kelemahan dan kelebihan, tetap percaya diri dan selalu mendengar bisikan nuraninya. Kesulitan hidup bukanlah jalan menuju kegagalan tetapi kawah candradimuka yang bisa menjadikan anak bermental baja dan berkarakter. Itu jauh lebih penting dan mulia dibandingkan kemudahan, fasilitas dan kehormatan yang dimiliki seorang ayah yang memungkinkan dimiliki anak.

Seorang anak muda tengah menapaki jenjang kepemimpinan nasional pada 2024. Dia dianggap mewakili generasi muda. Tetapi saat dibandingkan dengan anak MacArthur, kita menjadi tahu bagaimana dan seperti apa sesungguhnya esensi hidup.

Hari ini, anakku, Muhammad Zaki Zamani, berusia 19 tahun. Sama-sama lahir 26 Januari seperti MacArthur. Bukan kemudahan dengan beragam fasilitas yang bisa Ayah berikan, Zak. Jik Ayah belajar dari Jenderal Douglas MacArthur, bukan berarti tega atau pelit kepadamu. Hidupmu jauh berbeda dari hidup Ayah. Tetapi dengan mentalitas dan karakter yang kau dapat dan miliki selama ini, Ayah yakin kau akan mampu menjawab tiap permasalahan yang muncul dalam hidupmu. Tetaplah menjadi anak yang membanggakan, Zak. Doa Ayah selalu, semoga berkah sepanjang langkah, aamiin.

Ksatrian Sendaren, 26 Januari 2024
*Seorang Ayah

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co