Empat Imam Mazhab, Empat Masjid Pathok Negara Yogyakarta
Oleh: M. Yaser Arafat*
Jelang tutup-buka tahun 2023, saya akan membahas enam bait awal Suluk Sujinah, dimulai dari bait ketiga hingga kedelapan. Dalam bait-bait pupuh pertama bermetrum Sarkara itu disebutkan pengetahuan muslim Jawa mengenai kiblat empat dan empat imam mazhab fiqh melalui penerangan tentang baitullah.
“Tinebihha deduko sang yogi, bab betolah punika artinya, imam sekawan gancare, kadi pundi liripun, kakekate pan kadi pundi, amba arsa uniga, henggih tegesipun, lan kawulo nyuwun tedah, adepipun ing salat kadosa pundi, babarena sedaya.”
“Purwaduksina ngandika aris, perkarane iku imam papat, manggon ing keblat yektine, kang wetan keblat sepuh, imamira imam supingi, alip aksaranira, geni bangsanipun, keblat kidul imamiro, ingaranan inggih Imam kembali, lam awal kang aksara.”
“Bangsanira apan bangsa angin, keblat kulon nenggih imamiro, Imam Malik wastane, dene aksaranipun, kang lam akir ingsun wastani, bangsane bangsa toya, kang lor imamipun, Imam Kanapi wastanya, aksara ehe wastanipun nenggih, siti ing bangsanira.”
“Dene kang mangka pusering bumi, bumi arab mangka puserira, kakbah kang den adepake, ingkang salat sedarum, ingkang dingin Imam Supingi, aneng sawetan kakbah, tatkala awektu, jen wis bakda imam wetan, nulya kiduling kakbah ingkang gumanti imam kambali salat.”
“Wise salam nulya kang gumanti, imam maliki kuloning kakbah, yen wus bakda ing salate, saloring kakbah gupuh, kang gumanti Imam Kanapi, saben-saben mengkana, urut-urutipun datan kena ingowahan, lamun ana wani-wani angowahi, ketrapan kukumolah.”
“Ana dene lapal betulahi, pan tegese padaleman Allah, imam pat iku kumpule, jumeneng kang Maha Gung, pan pinirid sastranireki, puniko dadi asma, dene sipatipun, kiblat papat dadi sipat, bangsa papat ingkang dadya dating widi, imam wong dadi apngal.”

Terjemah:
[“Janganlah engkau marah, Guru”. Saya hendak bertanya arti bab baitullah, dan uraian tentang empat orang imam. “Apakah artinya, dan bagaimana hakikatnya, hamba belum mengetahui, tentang artinya. Dan hamba mohon petunjuk tentang tujuan salat. Dan hamba mohon diterangkan semuanya”.
[Purwaduksina berbicara dengan sabar: ”tentang empat orang imam, yang menempati kiblat. Yang berada pada kiblat sepuh, imamnya adalah Imam Syafi’i. Hurufnya adalah huruf alif, dan ia adalah sejenis api. Imam kiblat selatan, adalah Imam Hambali, hurufnya adalah lam pertama]
[Bangsanya adalah angin, imam kiblat barat adalah Imam Maliki. Sedangkan hurufnya adalah lam akhir, bangsanya adalah air. Imam sebelah utara, adalah Imam Hanafi. Hurufnya adalah ha dan bangsanya adalah tanah]
[Sedangkan yang menjadi pusat bumi, yang juga adalah pusarnya wilayah Arab, Ka’bah yang kita berhadap ke sana, bagi semua yang melakukan salat. Yang pertama adalah Imam Syafi’i. Ia berada di sebelah timur Ka’bah pada waktu salat. Kalau sudah selesai, imam sebelah timur, diganti di sebelah selatan Ka’bah, oleh Imam Hambali]
[Setelah salam lalu diganti, oleh Imam Maliki yang berada di sebelah barat Ka’bah. Setelah menyelesaikan salatnya, jamaah sebelah utara bersiap-siap, yang mengganti adalah Imam Hanafi. Begitulah yang terjadi di setiap saat, tata tertibnya, dengan tanpa ada perubahan. Kalau ada yang berani mengubah, ia akan mendapat hukuman Allah]
[Lafal Baitullahi, artinya rumah Allah. Berkumpulnya empat orang imam, terletak pada nama Allah yang Maha Agung, yang diperas menjadi pengetahuan ini. Hal ini menjadi nama (asma). Sedangkan sifatnya empat kiblat menjadi shifat. Empat macam benda menjadi Dzat Tuhan, dan imamnya menjadi af’al]
Empat kolom di sebelah kiri saya sarikan dari kutipan beberapa bait Suluk Sujinah di atas. Sedangkan dua kolom sebelah kanan, merupakan tafsir saya atas kahanan kiblat papat berupa Masjid Pathok Negara di Yogyakarta. Tafsir ini merupakan hasil dari pencarian relasi simbolik Jawa-Islam berbasis pembacaan teks-konteks yang sejak awal memang saling terhubung sebagaimana lazimnya kebudayaan sebagai sebuah sistem. Antara satu unit pasti terhubung dengan unit lain.
Wallahu A’lam
*Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta



