Esai Filsafat Bahasa Atau Esai Filsafat Sastra

Oleh: Dr. Sutejo, M.Hum

Tugas akhir MK “Filsafat Bahasa dan Sastra” adalah menulis esai tentang keduanya. Filsafat bahasa sebenarnya filsafat ilmu bahasa, pun demikian filsafat sastra hakikatnya filsafat ilmu sastra. Ketiga bidang filsafat yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi bahasa dan sastra wajib dieksplorasi. Di samping dua bidang lain, etik dan estetika. Tolong bahasa dan sastra, termasuk di dalamnya “ditambahkan awalan ber-“. Sebab, hakikat ilmu bahasa dan sastra adalah keterampilan (kemahiran), bukan saja sebuah teoritis belaka.

Filsafat bahasa dan sastra juga membincangkan sistem ilmu bahasa dan sastra, metode ilmu bahasa dan sastra, hingga objek formal dan material bahasa dan sastra.

Karena itu, ancang-ancang judul yang dapat dipikirkan macam berikut.
Mendedah Filosofi Sastra
Menelisik Nilai Aksiologi Teks Sastra
Bagaimana Sastra Diciptakan dan Dinikmati?
Mengulik Hakikat Bahasa yang Mendidik
Bahasa Edukasi yang Menghipnotis
Bahasa Dosen sebagai Lampu Aladin
Filosofi Bahasa Cinta Seorang Ibu
Memaknai Filosofi Hidup di Balik Ilmu Morfologi
Memahami Peta Makna dengan Filsafat Bahasa
Filosofi Cermin dalam Mencintai Puisi
Mendaras Filosofi Hidup di Balik Puisi
***

Menulis esai filsafat bahasa (berbahasa) dan filsafat sastra (bersastra) adalah keberanian diri mahasiswa untuk mendaki hakikat bahasa dan sastra dengan senantiasa mempertanyakan hakikat kebenaran, kebaikan, dan kebijaksanaan keduanya. Barangkali, mereka bisa temukan kearifan dan atau kebijaksanaan dalam berbahasa dan bersastra. Sebuah impian seorang pengampu yang butuh ketelatenan dan kejelian.

Sementara, BERFILSAFAT itu bertanya penuh cinta (tak henti) tentang hakikat kebenaran, kebaikan, kearifan, dan kebijaksanaan sesuatu (ilmu). Karena itu berfilsafat bahasa sesungguhnya kita sedang bertanya penuh cinta (tak henti) tentang hakikat kebenaran, kebaikan, kearifan, dan kebijaksanaan ilmu dan keterampilan berbahasa. Sementara itu, berfilsafat sastra hakikatnya kita sedang bertanya penuh cinta (tak henti) dan menelusuri jawaban tentang hakikat kebenaran, kebaikan, kearifan, dan kebijaksanaan ilmu (praktik/keterampilan) sastra

Berbicara bidang ontologis filsafat bahasa, kita akan berbicara masalah pengertian (konsep), ciri/karakteristik, unsur, jenis, susunan (sistem) bahasa. Bahasa itu apa? Ciri-ciri bahasa itu apa? Unsur bahasa terdiri dari apa saja? Jenis bahasa apa? Apakah yang dimaksud sistem bahasa?

Berbicara bidang ontologis filsafat sastra, kita akan berbicara masalah pengertian (konsep) sastra, ciri/karakteristik, unsur, jenis, susunan (sistem) sastra. Sastra itu apa? Ciri-ciri sastra itu apa? Unsur sastra terdiri dari apa saja? Jenis sastra apa? Apakah yang dimaksud sistem sastra?
***

Selanjutnya, bicara epistemologi bahasa mahasiswa akan diantarkan minimal bagaimana bahasa diciptakan, diproduksi, digunakan, dipelajari dan dikomunikasikan secara baik dan benar.
Sementara itu, bicara epistemologi sastra, mahasiswa akan diantarkan minimal memahami bagaimana sastra diciptakan, diproduksi, digunakan, dipelajari dan diapresiasi secara baik dan benar. Secara etik dan estetik, bisa dieksplorasi lebih jauh (bahasa dan sastra) dengan pemanfaatan penguasaan purna keduanya dari sudut ontologi dan aksiologi.

Terakhir, bagaimana mahasiswa diharapkan mampu mengekspresikan pemahaman dan pendalaman filsafat bahasa dan sastra secara esais mengalir, dengan berpuncak pada kesadaran nilai, manfaat, guna, dan fungsi bahasa dan sastra, baik secara keilmuan, dan terlebih dalam praksis kehidupan mereka. Sastra itu mengatakan jiwa, bahasa yang menyentuh dan melembutkannya.

Teriring doa, semoga tak lelah belajar keras bersama Ayah Kampus kalian. Ingat FB dan FS itu pedang pikiran untuk memetakan semua materi kebahasaan dan kesastraan! Mari dinikmati pergulatan filsafat bahasa dan sastra karena ia adalah taman-taman indah penuh harapan.

Ingat pesan Epictetus, “Kehidupan tanpa filosofi adalah seperti taman tanpa bunga.” Sungguh, bahasa dan sastra sesungguhnya gambaran kehidupan sendiri bagi pemiliknya. Untuk apa? Barangkali, kita bisa merasakan apa yang oleh Socrates disebutnya: kebijaksanaan! “Mengenal dirimu sendiri adalah awal dari kebijaksanaan.” Begitulah Socrates berpesan.

Akhirnya, kita hendaknya mampu menemukan diri lewat kegilaan bahasa dan sastra kita. Bekal filsafat keduanya, tentu akan jadi dua pisau bedah yang luar biasa. Di sinilah kelak, kalian akan menemukan hakikat kebenaran dengan terus mempertanyakan untuk apa sejatinya filsafat bahasa dan sastra itu?

Maka, Anda wajib ingat aforisme René Descartes berikut, “Kebenaran hanya bisa ditemukan dengan mempertanyakan segala hal.” Jreng! Terus mengalirlah dalam tugas-tugas pengiring kuliah dengan rileks dan senang, di samping ruang kuliah yang penuh sharing dan membanting-banting pikiran. Hem, tetap FOKUS!

PONOROGO, 4 Januari 2014

*Dosen, Sastrawan, Pegiat Literasi

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co