Oleh: Wahjudi Djaja*
Di luar perkiraan banyak orang, kelompok milenial dan gen z–yang katanya abai terhadap masalah kebangsaan dan kenegaraan akibat depolitisasi–menjadi faktor penentu Pemilu 2024. Mereka tidak saja menjadi pemilih dengan jumlah terbanyak (66,8 juta pemilih termasuk dari gen Z 46,8 juta pemilih) tetapi juga mendinamisasi panggung politik nasional terutama selama kampanye.
Gen Z Sebagai Determinan
Jika Indonesia diancangkan bisa meraih keemasan pada seabad usianya (2045), bisa jadi gen z sebagai pemeran utamanya. Sejumlah indikator bisa dijadikan bahan pertimbangan. Mereka tidak saja memiliki cakrawala, harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang khas tetapi juga mempunyai wawasan global yang ramah pada perubahan teknologi. Bahkan, tidak saja menjadikan teknologi sebagai senjata utama dalam hidup mereka tetapi juga lihai melakukan rekayasa budaya sehingga lebih bermakna bagi kehidupan.
Yang unik dari mereka adalah kecerdasan digital yang kecil kemungkinan didapat dari bangku sekolah. Secara mandiri maupun dalam komunitas, mereka mengasah keahlian dan keterampilan agar bisa menguasai beragam platform digital lengkap dengan karakter content. Lebih dari sekedar hobi pengisi waktu luang, mereka telah secara produktif menghasilkan uang dalam jumlah yang tak kecil. Apa yang tak bisa dilakukan setelah media dikuasai dan tak lagi bergantung pada kiriman uang orang tuanya?
Mereka mulai merambah dimensi kehidupan yang–lama dipandang sebelah mata–bisa dibuktikan akan bangkit dari perhatian mereka. Gen z menjadi generator yang mampu membalikkan pandangan senior dan orang tua mereka. Siapa menyangka mereka akan terlibat aktif dalam kontestasi Pilpres 2024?
Harus diakui Anies Baswedan yang pertama membuat perubahan model kampanye melalui program Desak Anies. Tidak saja dialogis dengan pertanyaan tajam kelompok gen z, tetapi tak sedikit mereka yang berada di balik acara yang fenomenal ini. Ada 22 kota yang disinggahi dan menyedot perhatian publik. Lebih dari soal kampanye penyampaian visi misi, Desak Anies adalah pendidikan politik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Belakangan, Ganjar Pranowo mengikuti dengan Gelar Tikar Ganjar dan Mahfud MD dengan Tabrak Prof.
Keberadaan Gen Z tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Mereka mempunyai daya tawar yang tinggi terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden. Muhaimin Iskandar pernah kena slepet karena penampilan debat cawapres kurang maksimal. Ancaman “Culik ke Rengasdengklok” yang dilontarkan gen z terbukti efektif. Cak Imin tampil all out pada debat kedua dan memperoleh hadiah videotron. Unik dan khas gen z. Mereka menjadi faktor penting berkembangnya demokratisasi.
Era Kebo Nusu Gudel
Melihat dinamika gen z itu, orang tua bahkan pemerintah pun tak bisa berbuat apa-apa selain mengapresiasi dan memberi ruang. Melawan apalagi menekan mereka jelas kesalahan karena resistensi mereka akan keluar dalam beragam cara dan media. Mereka mewakili zaman yang tak setiap orang tua mampu mendekati apalagi memahaminya.
Inilah era kebo nusu gudel. Orang tua, orang besar dipaksa zaman untuk bertanya, belajar dan memahami anak. Jika tak ingin malu atau dipermalukan, orang tualah yang harus lapang dada mengakui kemajuan zaman melalui tingkah polah dan produktivitas anak-anak muda. Konsekuensi logis dari fenomena ini adalah kebijakan yang dibuat, pendekatan yang dilakukan, dan bahkan wacana atau narasi yang disampaikan harus mengakomodasi aspirasi mereka.
Agak mengagetkan juga pengakuan salah seorang generasi milenial bahwa tahun 2023 adalah tahun yang sarat pembelajaran dan pengalaman yang paling dahsyat selama hidupnya. Ini di luar ekspektasi kita sebagai orang tua. Demokratisasi yang semula berjalan amat lambat dan kehilangan arah seolah mengalami akselerasi di tangan gen z. Ada optimisme yang memancar dari dinamika mereka.
Gen z amat sulit untuk diajak belajar sejarah, karena mereka justru sedang membuat sejarah. Apakah mereka bisa membalikkan keadaan dan menjadi determinan dalam Pemilu 2024? Mari kita saksikan bersama. Selamat memilih, semoga Indonesia tetap jaya. Merdeka!
*Pembelajar demokrasi



