Oleh: Salim A Fillah*
Aneka ekspresi perjagalan duniawi, dalam acara Jagal-Fest di Masjid Gede Mataram, Kotagede, kemarin (Senin, 3/6/2024).
Apa Keistimewaan Jagal?
Jagal itu kerja landasan bagi seruan Allah Subhaanahu wa Ta’alaa, kepada para Rasul, kepada orang beriman, dan kepada seluruh manusia untuk mengkonsumsi yang halal. Maka bagi yang beriman, ia landasan untuk mesra dengan Allah dan dikabulkan doa-doanya. Bagi yang belum beriman, ia melembutkan hati, dan hati yang lembut mudah menerima hidayah sehingga sukseslah dakwah.
Jagal itu profesi yang kualifikasi Ihsan dilekatkan padanya. Ihsan itu menyempurnakan Iman dan Islam dengan beribadah seakan melihat Allah, jikapun tak mampu melihatNya maka yakin bahwa Allah sedang melihat kita. Karena yakin dilihat Allah maka harus dikerjakan dengan ihsan, cara terbaik. Penyebutan Ihsan bagi Jagal disandingkan dengan ‘amal utama yakni Jihad Fii Sabiilillah, bahkan dalam penjagalan disertai petunjuk teknis yang rinci.
“Sesungguhnya Allah memerintahkan Ihsan atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh dalam peperangan fii sabiilillah, maka bunuhlah dengan cara yang Ihsan. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang Ihsan. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
Jagal itu pekerjaan mulia. Pertama-tama dikerjakan oleh orang diterima kurbannya oleh Allah, yakni salah satu putra Nabi Adam ‘Alaihissalaam. Dilanjutkan pula oleh Khalilurrahman, kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam. Dan juga Habibullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam yang menyembelih kambing-kambing kurbannya, juga pada saat Haji Wada’ menyembelih 63 ekor dari 100 ekor unta Hadyu beliau sebagai hitungan usia beliau. Adapun sisanya dilanjutkan Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib.
Jagal di Mataram Islam
Masjid Gede Mataram berdiri di Kelurahan Jagalan. Pada masa Kesultanan Mataram, khususnya era Sultan Agung terdapat laporan sebagai berikut:
“Jika bendhe raksasa di Alun-alun Karta ditabuh, dalam waktu satu jam, 200.000 pria akan berhimpun dengan senjata lengkap.. Di ibukota Mataram ini, setiap hari disembelih 4000 ternak untuk keperluan pangan penduduknya..” (Van de Haan, Duta Besar VOC menceritakan kunjungannya, 1623)
Ikhtiar Kesultanan untuk menjamin kehalalan sembelihan antara lain dengan memerintahkan rakyat apabila menyembelih maka diserahkan kepada Kyai, Kaum, Modin, Rois, dan pemuka agama.
*Pendakwah, Penulis, Pemerhati Sejarah



