Kenapa Kau Harus Tahu Kebusukan van Mook, Anakku?

(Catatan 77 tahun Agresi Militer Belada I, 21 Julin1947)

Oleh: Wahjudi Djaja*

Tidak setiap niat dan jalan kebaikan akan diterima diterima sepadan, anakku. Tak ada jaminan bahwa orang lain akan menangkap dan menerima kebaikan kita juga dalam bentuk kebaikan. Itulah kenapa kita harus belajar sejarah.

Beratus tahun bangsa ini diperbudak bangsa asing, anakku. Tahu kenapa? Karena bangsa ini dianugerahi nikmat yang luar biasa lengkap dan beragam. Wilayah yang luas dan strategis, tanah dan laut yang subur dan kaya, iklim yang sangat bersahabat, dan–ini yang tak kalah penting, anakku–sejarah yang gemilang. Nenek moyang kita begitu termasyhur dalam catatan peradaban dunia karena kemampuan menaklukkan lautan. Jauh sebelum Colombus bisa kencing di daratan Amerika, nenek moyangmu telah mengitari sepertiga dunia! Beribu tahun tanah tumpah darahmu telah mampu berdiri tegak sebagai pusat peradaban dunia. Kelak, buka, baca dan pelajarilah lembaran sejarah bangsamu, anakku.

Kesuburan tanah Nusantara telah diakui dunia. Beragam hasil hutan, pertanian dan perkebunan kita telah merajai pasaran dunia. Kau pernah dengar Jalur Sutra, anakku? Itulah periode dimana bangsamu menjadi bagian penting dari jaringan perdagangan dunia. Komoditas hasil produksi bangsamu sangat diminati bangsa-bangsa Eropa. Kita bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam diplomasi perdaganan dunia. Kerajaan-kerajaan di Nusantara menjadi pilar utama terbangunnya mahakarya yang bahkan sampai saat ini masih bisa kau datangi.

Bermula dari keinginan untuk menegakkan dan mengharumkan dinasti Wilhelmina, bangsa Belanda masuk dan mengobrak-abrik kehidupan dan kedamaian bangsamu. Kepongahan mereka sebagai bangsa Barat menjadikan bangsamu tercerai-berai. Berabad mereka bagai lintah darat yang menyedot darah kehidupan bangsamu. Urat nadi bangsamu bahkan nyaris putus karena kelicikan dan kebengisan mereka. Diantara bangsa kita diadu domba sehingga saling curiga, saling binasakan bahkan saling dendam beranak pinak. Bangsamu menjadi rapuh, lemah dan mudah dikuasai. Tak sedikit dari bangsamu yang justru menjadi pengkhianat bahkan begundal bagi kepentingan asing!

Tapi anakku, Tuhan selalu punya cara untuk menolong bangsamu. Jepang datang, Belanda hengkang, dan bangsamu menang. Ya, menang meski hanya sesaat. Tak lama setelah kemerdekaan diteriakkan, Belanda tak rela kehilangan lumbung kaya raya tempat mereka menggantungkan kehidupannya. Mereka masih mau datang dan menganeksasi wilayah Indonesia. Diplomasi bagi mereka adalah jeda saat militer tak berdaya. Selepas perundingan Linggarjati (15 Nopember 1946), Belanda datang dan mengajak perang. Mereka menggelar Operatie Product untuk menjarah dan menguasai kembali wilayah-wilayah subur dan kaya di Jawa dan Sumatra. Itulah Agresi Militer Belanda I yang digelar 21 Juli 1947.

Operator Operatie Product adalah Johannes van Mook. Dialah yang berambisi menaklukkan dan menguasai negaramu agar berada di bawah kendali Persemakmuran Belanda. Beragam siasat dan strategi dilakukan agar bisa menceraiberaikan bangsamu. Dia menciptakan negara-negara bagian dengan menggunakan tokoh-tokoh lokal daerah agar bisa leluasa berkuasa. Republik Indonesia hanya menjadi bagian kecil dari proyek van Mook. Jika sampai saat ini antar daerah masih sering curiga dan saling bermusuhan itu sebetulnya karena mentalitas budak yang beranak pinak ditanam van Mook ke dalam diri bangsamu.

Panjang ceritanya, anakku. Kelak ayah sampaikan kepadamu. Satu hal harus kamu ingat, orang asing tak pernah rela bangsamu memiliki sejarah yang gemilang. Bahkan itu–tragisnya–juga bersemayam di benak segelintir orang dari bangsamu. Belajarlah sejarah, nak. Jadilah pemenang dalam hidup ini. Miliki mental elang, rajawali, garuda dan terbanglah menguasai cakrawala. Itulah kenapa kau kuajak melihat dan bersaksi di lokasi jatuhnya pesawat TNI AU yang diserang secara brutal oleh Belanda. Tiga ksatria kita gugur saat bertugas membawa misi kemanusiaan pada 29 Juli 1947, anakku. Mereka adalah Adisutjipto, Adi Sumarmo dan Abdurrachman Saleh. Kenang dan teladani dedikasi mereka untuk Ibu Pertiwi.

Ksatrian Sendaren, 21 Juli 2024

*Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Budayawan Sleman


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co