Makam Somakaton yang terletak di Margokaton Seyegan Sleman memiliki beragam keunikan yang jarang ditemui pada makam-makam di Jawa. Selain mencakup wilayah yang luas dan terjaga dengan baik, spesifikasi nisan makam juga beragam dan fenomenal.
Identifikasi pertama dilakukan pada nisan Kyai Drajat di sisi selatan, kemudian bergerak ke arah tengah. Secara umum, menurut Muh Yaser Arafat MA, dosen UIN Sunan Kalijaga yang menjadi narasumber, nisan makam Somakaton selain lengkap juga unik meliputi model pembuatan tahun 1500 sampai menjelang tahun 1900.

“Salah satu keunikan nisan makam Somakaton adalah keberadaan simbol berupa kaligrafi dzikir dengan tulisan Allah, Ilallah, Muhammadur Rasulullah. Saya bertanya pada teman dari berbagai kelompok dzikir dan thariqah. Ternyata, dzikir seperti ini adalah dzikir khusus untuk orang khusus. Beliau-beliau yang dimakamkan di sini dengan kalimat-kalimat ini kalau sekarang mungkin disebut ulama khos. Artinya, di Somakaton ini dimakamkan ulama dengan keistimewaan. Silakan bagi teman-teman yang mengkaji thariqah untuk menelitinya”, papar antropolog budaya material ini.
Di sisi lain, lanjutnya, pada purnamasidi di bagian kaki nisan ada ukiran aksara Jawa. “Mungkin kita perlu teman yang ahli bahasa Jawa untuk bisa membacanya karena ada bagian yang sudah aus. Ini sangat penting sebagai bukti sejarah. Dan kami mengapresiasi warga Somakaton di sini masih mau merawatnya. Semoga ini menjadi pembuka kesadaran budaya dan sejarah”.

Di sisi bagian tengah makam Somakaton ada nisan era 1600-an sampai 1800-an. Sedangkan di sisi pinggir utara dan pojok ditemukan nisan dengan ornamen batik yang indah dan nisan dengan tulisan Jawa yang memuat informasi beberapa nama seperti Kyai Somangali dan
Kyai Wirapraba. “Era 1800-an biasanya nisan makam memiliki kelopak. Di nisan lain ditemukan ukiran batik indah berupa kembang manggis dan wulan tumanggal. Nisan makam yang oleh warga dikenal Mbah Branjang Kawat, pengikut Pangeran Diponegoro juga unik. Seperti ini banyak ditemukan sehingga semua warga harus bisa menjadi ahli makam, jangan hanya kita. Karena pada akhirnya kita semua adalah ahli kubur”, katanya bernada nasihat.
Sebelumnya, Lurah Margokaton Anggit Bimanyu SP saat menerima rombongan Komunitas Kandang Kebo menyampaikan terima kasih. “Kami sangat beruntung bisa belajar langsung dari para ahli. Harapan kami ke depan makam ini menjadi wisata spiritual”.
Menanggapi hal itu, Ketua Komunitas Kandang Kebo Dr Maria Tri Widayanti menyambut baik. “Kami memang memiliki sumber daya manusia yang masing-masing dibekali dengan keahlian dan kompetensi, baik di bidang sejarah, kebudayaan maupun pariwisata. Semampu kami insyaAllah siap membantu sehingga Margokaton bisa segera menjadi desa mandiri budaya”, tandasnya. Sedangkan RM Rachmadi (Pengulon Kraton Yogyakarta) mendukung sepenuhnya upaya dan pengembangan kompleks makam kuna. “Secara prinsip kami mendukung karena ini merupakan potensi kebudayaan yang penting”, ungkapnya.
Dalam pandangan budayawan Sleman, Wahjudi Djaja SS MPd, cakupan, keragaman, dan keunikan makam Somakaton ini mengagumkan. “Secara geografis tidak terisolir bahkan berada tak jauh dari jalan. Namun kondisinya masih tertata, terawat, bersih dan sangat dihormati. Untuk makam seluas dan selengkap ini, jelas sangat potensial dikembangkan sebagai museum arkeologi nisan. Ini bisa menjadi rujukan dan sumber belajar yang penting”, jelas dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta ini.

Yang cukup mencengangkan, selepas acara ziarah dan kajian nisan di makam Somakaton beberapa personil Komunitas Kandang Kebo menemukan sebuah arca serupa Durga Mahesa Suramardhini tak jauh dari batas selatan dusun. “Hujan-hujan tadi kami menemukannya. Yang penting kita selamatkan terlebih dahulu. Ini kami temukan saat hujan”, kata Mei Anjar Wintolo warga Margokaton yang juga aktivis Komunitas Kandang Kebo.
Hadir dalam kegiatan di makam Somakaton antara lain Penasihat Komunitas Kandang Kebo Dr Minta Harsana, budayawan Seyegan Agus, para pamong Kalurahan Margokaton, rois dan warga Somokaton yang sedang besik makam. Selesai acara ziarah dilanjutkan kembul bujana dan ramah tamah.
(*)



