KRT Sumadiningrat Juga Trah Kyai Jejer dan Tumenggung Singaranu

Oleh: Muh. Yaser Arafat*

Tumenggung Singaranu dan istrinya dimakamkan di Kranon (Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoerejan 1899, 389). Meski demikian, sampai saat ini belum diketahui yang mana makam Nyai Tumenggung Singaranu di pasarean itu. Insya Allah semoga dalam waktu dekat akan ketemu. Amin.

Makam Nyai Adipati Singaranu (Foto: Yaser)

Lalu siapakah tokoh yang dimakamkan dengan nama “Nyai Singaranu” di sisi barat Masjid Mi’rajul Muttaqinallah Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta?

Nyai Singaranu yang di Jejeran itu adalah “Nyai Adipati Singaranu”. Ia anak Tumenggung Singaranu. Sang ayah menikahkannya dengan Ki Bagus Sangat/Ki Singa bin Kyai Jejer. Setelah Tumenggung Singaranu meninggal, sang menantu menggantikan sang mertua menjadi patih Mataram Islam pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ia nunggak semi (memakai-ulang nama) mertuanya dan mendapat sebutan: Adipati Singaranu.

Ketika sudah meninggal, Adipati Singaranu dimakamkan di Pajimatan, Imogiri, di Kadathon Sultanagungan. Dalam “Serat Cengkorongan” yang dikeluarkan oleh Kawedanan Hageng Sriwandawa Bagian Puralaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (hlm. 13-14), makam Adipati Singaranu tercatat bernomor 11. Bagaimana hubungan KRT Sumadiningrat, Kyai Jejer, dan Tumenggung Singaranu?

Mudah sekali melacaknya. Bila diurut dari atas, urutan nasab KRT Sumadiningrat adalah sebagai berikut: Kyai Ageng Ngerang → Kyai Ageng Ngerang II → Kyai Ageng Ngerang III → Kyai Ageng Penjawi → Kyai Pragolapati I → Kyai Pragolapati II → Kyai Wonokriyo/Kriyan → Demang Puspotruno I/ Demang Jowinoto/Tumenggung Gajah Gede → Demang Puspotruno II/Tumenggung Gajah Cilik/Tumenggung Jowinoto → Demang Jowinoto/Adipati Jayaningrat/Gajah Tleno → Tumenggung Jayaningrat I → Tumenggung Sumadiningrat (Agustriyanto 2018; Sejarah Ratu n.d., 58–60; Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 201–8).

Silsilah KRT Sumadiningrat

KRT Sumodiningrat, pahlawan Karaton Ngayogyakarta pada Perang Sepehi 18-20 Juni 1812. Nasabnya tercatat di dalam seluruh dokumen pernasaban Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagaimana dimiliki oleh anak-turunnya. Makamnya juga tercatat di Jejeran, Bantul, Yogyakarta. Bersama dengan makam para leluhurnya. Sebagaimana lazimnya adat atau paugeran pemakaman orang-orang Jawa muslim, maka anak-cucu akan dimakamkan dekat atau menyatu dengan makam leluhurnya.

Dari silsilah ini terlihat bahwa KRT Sumodiningrat adalah trah Tumenggung Singaranu dan sekaligus Kyai Jejer. Tumenggung Singaranu adalah patih kedua Mataram Islam pada masa Sultan Agung. Sedangkan Kyai Jejer adalah guru sekaligus mertua Sultan Agung. Bersama dengan Sultan Agung, tokoh-tokoh ini tercatat sebagai para founding father peradaban Mataram Islam. Di tlatah Mataram, mereka adalah tokoh inti dalam pewarisan paugeran peradaban kewalian sejak era Sunan Ampel hingga era Kyai Amat Kategan.

Memasuki era Hamengkubuwanan pada abad ke-19, anak-turun mereka terus berjalin dan berkawin-mawin demi terus mengejawantahkan paugeran kewalian itu. Tentu dengan berbagai tantangan dan halangannya.

Kyai Ageng Wonokriyo/Kyai Kriyan, yang makamnya di sisi utara makam KRT Sumadiningrat, beristri Nyai Ageng Kriyan. Sedangkan Nyai Ageng Kriyan adalah anak dari hasil pernikahan Adipati Singaranu bin Kyai Jejer dengan Nyai Adipati Singaranu binti Tumenggung Singaranu. Dari sini menjadi jelas bahwa KRT Sumadiningrat adalah juga keturunan Kyai Jejer dan Tumenggung Singaranu. Jelas sekali!

Nisan Nyai Adipati Singaranu binti Tumenggung Singaranu (Foto: Yaser)

Gambar yang saya unggah ini adalah gambar makam Nyai Adipati Singaranu. Ia berada di dalam cungkup khusus. Di depan cungkup makam Nyai Adipati Singaranu terhampar makam-makam tua. Tiga makam berada di sisi barat pintu cungkup dan satu makam lagi di sisi timurnya. Ciri kemayu pada nisan makam-makam itu tidak dapat dibantah. Sangat mungkin sekali sosok-sosok yang dimakamkan di sana adalah para penderek (pengikut setia) atau mungkin dayang-dayangnya.

Sayangnya, makam-makam ini tampak tidak terawat. Batu kijingnya sebagian besar telah ditelan tanah. Tumpukan daun kering ikut menutup wajah batu kijing makam-makam itu. Nasib makam-makam tua, di mana saja, hampir selalu sama. Wallahu a’lam.

Semoga Nyai Adipati Singaranu, Adipati Singaranu, Tumenggung Singaranu, Kyai Jejer, Kyai Kriyan, Nyai Kriyan, KRT Sumadiningrat, dan semua yang dimakamkan di pasarean Jejeran ini serta para pembuat kijing-nisan mereka diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga.

Linnabi walahumul Fatihah
Shollallahhu ngala Muhammad

*Dosen UIN Sunan Kalijaga, penulis buku Nisan Hanyakrakusuman

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co