Oleh: Muh. Yaser Arafat MA*
Dokumen silsilah “Paguyuban Trah Kyai Mochammad Metaram I Ngayogyakarto” menyebut nama lain tokoh ini adalah Bagus Syamsudin dan Tumenggung Sasmitasastra. Ia merupakan cicit Sunan Amangkurat IV. Ibunya, R. Ayu Amirulmubin adalah putra BPH Hadinegara bin Sunan Amangkurat IV. Pada usia 14 tahun, Kyai Muhammad Metaram I menyelesaikan pendidikan keulamaan. Lalu ia mengikuti Pangeran Mangkubumi, yang kelak menjadi Sultan Hamengkubuwana I, dalam giat perlawanan terhadap VOC. Di sinilah ia masuk ke kesatuan Prajurit Mantrijero hingga mendapatkan nama: Ranawijaya (Sjamsudimuljo, 2001).
Setelah Perjanjian Giyanti, ia dilantik menjadi Bupati Jaksa I. Di sini ia mendapatkan nama Raden Tumenggung Sasmitasastra. Lalu ia diutus untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Selepas pulang dari Mekah, ia mendapatkan nama: Muhammad Metaram. Setelah itu ia menjadi Abdi Dalem Pametakan dan mendapat tanah perdikan di daerah Nitikan. Pada masa Sultan Hamengkubuwana II, ia dijadikan juru kunci Pasarean Kaswargan Pajimatan Imagiri pada Senin Pon, 3 April 1791.

Suatu ketika, Sultan Hamengkubuwana II mengutus Kyai Muhammad Metaram sebagai pemimpin rombongan haji dari Yogyakarta ke Mekah. Berita ini dibuktikan melalui sebuah arsip Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diperkirakan dikeluarkan pada 4 Februari 1806. Secara resmi Karaton mengutusnya bersama dengan tiga orang lainnya, Kyai Carubin, Kyai Haji Ahmad, Kyai Haji Muhammad, dan Muhamad Ngarip. Mereka membawa 21 orang Abdi Dalem yang diperintahkan untuk berhaji.
Mereka adalah: Ahmad Iman, Rolah, Mukidin, Benawi, Jenawi, Ngabdulgapar, Ngabdulwahab, Ahmad Yadin, Nurahman, Ahmad Yunus, Tayar, Baelawi, Abid, Yakin, Talab, Nurahman, Mesir, Dama, Jakariya, Ahmad Kasim, Umar dan dua orang dari Batang. Mukidin adalah anak Kyai Muhammad Metaram. Sedangkan Benawi dan Jenawi adalah cucunya. Ngabdulwahab, Ngabdulgapar, Yadin, Nurahman adalah santri yang mengabdi (pabekta) pada Kyai Muhammad Metaram. Sedangkan nama-nama lainnya masing-masing ada yang berasal dari Imagiri, Suronatan, Karangkajen, dan Kotagede (Carey, 1980: 172).

Makam Kyai Muhammad Metaram I berada di sisi utara Kagungan Dalem Masjid Pajimatan Imagiri. Tepatnya di area perbukitan yang berada di sisi barat tangga menaik menuju makam para raja negeri Mataram Islam. Di gapura makam itu tertulis kalimat: “Makam Karangkajen Wonoloyo, Padjimatan, Imogiri Kyai Haji Moch. Metaram I, II, III, IV”. Sedangkan di seberang pasarean ini, tepatnya di sisi timur tangga makam menuju puncak, terdapat pasarean Kyai Muhammad Metaram VII dan anak-turunnya.
Semoga Kyai Muhammad Metaram dan semua yang dimakamkan di makam ini serta para pembuat kijing-nisan mereka diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga. Amin.
Linnabi walahumul Fatihah.
Shollallahu ngala Muhammad..
Ya Ahla Mataram…
Ya Wajihan ngindallah….!
*Dosen UIN Sunan Kalijaga, Penulis Buku Nisan Hanyakrakusuman



