Maria Tri Widayati, Komunitas Kandang Kebo dan Pembelajar Peradaban

Oleh: Wahjudi Djaja*

Mengikuti dinamika pergerakan Komunitas Kandang Kebo makin hari seperti makin didekatkan pada bangun besar peradaban. Sebuah komunitas yang bersahaja, terbuka dan karenanya menjadi massal, membuka kesadaran tentang sejarah dengan beragam warna, bentuk dan periodenya.

Sejarah bisa dipahami dalam dua pengertian sekaligus. Sebagai event (peristiwa) ia hanya sekali terjadi, dan karenanya bersifat unik, tak bisa diulang atau dihadirkan kembali secara utuh. Yang kita temukan hanyalah jejak, baik berupa situs, dokumen atau tuturan. Dalam konteks ini, arkeologi memainkan peranan kunci untuk membantu membuka tabir masa lalu.

Dalam pengertian kedua, sejarah adalah kisah (story) yang disusun sejarawan–atau kemudian siapa saja–dengan mempertimbangkan metode dan pendekatan. Karena berupa kisah maka ia menjadi subjektif, tergantung pembuat kisah. Selama informasi kesejarahan yang ia bangun didasarkan pada sumber, data, dokumen dan jejak, ia bisa menjadi intersubjektif. Kebenaran yang disusun dan disepakati bersama menjadi objektif dan karenanya disebut faktual.

Aktivitas Komunitas Kandang Kebo berbasis relawan (Foto: KK)

Sungguh menarik apa yang dilakukan Dr Maria Tri Widayati SS MPd. Komitmen untuk bisa memberikan sesuatu dalam hidup dengan mengulik masa lalu, mendorongnya untuk mendirikan Komunitas Kandang Kebo pada 2015. Sebuah padepokan di belakang rumahnya sengaja didirikan dengan visi yang jelas: Menapak Jejak Sang Leluhur Nusantara. Ada imaji tentang keluhuran peradaban yang diyakini pernah ada dan berkembang di Nusantara. Imaji itu coba dibumikan dalam kerja budaya tiga bulanan dengan menghadirkan para ahli berkompeten di bidang arkeologi. Sebuah pawiyatan pun digelar dengan manasuka: sukarela, gratis, dan karenanya menjadi ajang seleksi alam siapa yang berkomitmen.

Alumni Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada tahun 1994, melanjutkan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta lulus tahun 2004 dan menyelesaikan S3 di Universitas Gadjah Mada hingga meraih gelar doktor tahun 2017, tergolong sabar, greteh, dan getol dalam menjaga dan mengelola Komunitas Kandang Kebo. Kemampuan dan jaringan yang dimiliki didedikasikan untuk pembelajaran anggota komunitas. Dalam banyak kesempatan, ia berikan kepercayaan kepada anggotanya untuk maju dan mengambil peluang yang ada tanpa direcoki dengan urusan tetek bengek. Baginya, anggota mau belajar, maju dan mengerti sejarah sudah merupakan anugerah dan kebahagiaan tersendiri.

Sarasehan rutin tiga bulanan (Foto: Komunitas Kandang Kebo)

Bersama Dr Minta Harsana MSc, suami, dosen UNY, pakar gastronomi dan support system yang tak tergantikan, Maria menggerakkan roda komunitas berbasis patembayan. Semaksimal mungkin menempatkan ilmu sebagai alas pergerakan karena objek yang menjadi bidang garapan tak boleh sembarang orang menyentuh dalam pengertian mengelola. Lebih luas dari sekedar kebudayaan, peradaban (civilization) bisa dimaknai sebagai kemajuan kecerdasan atau kebudayaan lahir batin. Ia dapat juga diartikan sebagai hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Sejarawan Inggris Arnold Joseph Toynbee bahkan mengartikan peradaban sebagai kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi.

Dalam batasan pengertian itu, menemukan cuilan batu dengan motif dan karakter unik tertentu serupa menemukan mutiara peradaban. Oleh karenanya, perlakuan dan penanganannya tak boleh sembarangan. Itulah yang mendorong Maria mengajak dan mengundang beragam ahli dari berbagai disiplin untuk dijadikan narasumber dalam dialog dan sarasehan. Selain untuk klarifikasi dan konfirmasi, hal itu bisa juga dijadikan rujukan bagi langkah berikutnya. Tak jarang temuan, usulan dan rekomendasi Komunitas Kandang Kebo sangat membantu kegiatan dan program institusi terkait seperti Balai Pelestarian Kebudayaan atau Dinas Kebudayaan.

Blusukan dengan narasumber (Foto: KK)

Keragaman latar belakang anggota komunitas seperti yang ada dalam Group FB Komunitas Kandang Kebo jelas memiliki dinamika tersendiri. Di satu sisi itu merupakan sesuatu yang positif bahwa semakin banyak orang yang peduli dengan sejarah dan jejak masa lalu. Tetapi di sisi lain juga mengundang masalah jika tak didukung dengan keberadaan sumber dan referensi yang memadai. Sejauh ini, semua masih berjalan aktif dan produktif.

Senang dan bahagia rasanya bisa bergabung dengan dulur-dulur Komunitas Kandang Kebo yang berdedikasi, berdaya jelajah dan saling terbuka satu sama lain. Bagi saya pribadi, itu adalah ladang produktif untuk membumikan sejarah. Di ujung sana, sinergi dan kolaborasi adalah keniscayaan peradaban.

Selamat ulang tahun Mbak Maria, berkah sepanjang langkah, berpahala sepanjang usia. Salam hormat.

Ksatrian Sendaren, 29 Maret 2024
*Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Anggota Komunitas Kandang Kebo

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co