Lebih dari sekedar tempat ikan berlalu lalang atau aliran air yang tiada makna, sungai adalah titik awal berdirinya sebuah peradaban. Tempat dimana kehidupan banyak digantungkan dan situs dimana kejayaan masa silam menjadi kebanggaan.
Namun pola hidup manusia yang salah dan serakah menjadikan sungai tidak saja rusak tetapi juga beralih fungsi menjadi bak sampah. Sungai bukan lagi halaman depan tetapi menjadi halaman belakang yang identik dengan kotoran. Urat nadi kehidupan petani menjadi tempat dimana manusia mengeksploitasi.
Itulah yang melatar belakangi Partono, Dukuh Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul menggelar Memetri Kali Progo. Bersama Kali Winongo, Kali Code, Kali Bedog, Kali Gajahwong, Kali Kuning dan Kali Opak, Kali Progo merupakan tapal batas alam sekaligus benteng pertahanan Bhumi Mataram. Sebuah tempat dimana peradaban telah berdiri jauh sebelum era Kerajaan Mataram baik masa Hindu maupun Islam.
Memetri Kali Progo digelar selama tiga hari mulai 23-25 Juni 2023. Hari pertama digelar Kirab Budaya Memetri Kali Progo dengan prosesi adat dari Omah Bubrah Kedai Nyawiji, mengelilingi dusun Bendo sampai Kali Progo sisi bawah Bendung Sapon. Lembaga Kebudayaan Jawa (LKJ) Sekar Pangawikan pimpinan R. Bambang Nursinggih SSn akan memimpin kirab bersama Bergada Proketen dengan koreografi para penari Sanggar Bimo Murti. Turut diarak dalam kirab maskot ikan raksasa dan puluhan ikan dengan iringan musisi Denny Dumbo.
Hari kedua diisi sarasehan budaya menampilkan Goenawan A Sambodo (arkeolog/epigraf) yang akan membahas Jejak Peradaban Progo dari sisi arkeokogis dengan moderator Wahjudi Djaja (Ketum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada). Selepas sarasehan dilanjutkan lomba tari.
Hari ketiga dimeriahkan lomba mewarnai dan melukis tingkat TK/SD pada pagi harinya dan ditutup dengan puncak acara gelar seni pada malam harinya. Tampil pada acara ini karya cipta tari Bendo Nyawiji disambung pentas Angklung Astama dan diakhiri penampilan Kronjal dari Kraton Ngiyom Ngawi.
Sebuah upaya untuk mengangkat marwah dan derajat sungai yang patut didukung dan dihargai. Tak aneh beragam komunitas sungai akan datang seperti Asosiasi Sungai Yogyakarta, Komunitas Sungai Sleman dan Paguyuban Pametri Kali Bedog (PPKB).
(Jay)



