Mengapa Anda Harus ke Angkringan Timbangan Tebu?

Sejak sore orang-orang berdatangan. Mereka mengambil jajanan yang disukai. Sambil menanti minuman yang dipesan, mereka memilih tempat yang dianggap paling syahdu. Di depan ada hamparan sawah, kereta api lalu lalang menjadi pemandangan indah. Itulah salah satu sudur Angkringan Timbangan Tebu.

Terletak di dukuh Bodeh, Ambarketawang, Gamping, Sleman, angkringan ini menjadi langganan semua kalangan. Sore menjadi spot paling disukai anak-anak karena kereta yang lewat menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Selepas senja muda-mudi gantian datang berpasang-pasang. Mereka leluasa memilih gazebo bambu yang sesuai selera. Malam, saat lampu-lampu bersinar terang, hadirlah bapak-ibu dengan keluarga untuk ngobrol berbagi cerita.

“Prinsip yang kami kembangkan, dari warga oleh warga untuk warga. Kami mempercayakan pengelolaannya pada warga Bodeh. Jajanan dan makanan semua dari warga. Asal diniati ibadah, insya Allah bawa berkah. Alhamdulillah, sejak dibuka dua tahun lalu, sampai sekarang diminati pengunjung. Mereka terkesan dengan kesahajaan angkringan Timbangan Tebu. Kami di kalurahan hanya memfasilitasi di awal, selebihnya kami percayakan pada manajemen”, tandas Sigit Suprono SP, Ulu-ulu Kalurahan Ambarketawang.

Dalam pantauan mabur.co, pengunjung angkringan pada Kamis (1/8/2024) memang penuh. Parkir di kiri kanan bahu jalan bekas rel kereta api terlihat penuh. Tidak saja oleh ratusan roda dua, tetapi puluhan mobil. Antrean juga terlihat di warung saat para pembeli memilih jajanan dan makanan atau minuman. Aneka jajanan khas dan makanan tersaji siap hidang.

“Ada 20 orang yang terlibat melayani pembeli. Kami buka pukul 15.30 sampai 23.00 dengan tiga juru parkir. Lumayan repot tetapi alhamdulillah bisa mendatangkan berkah. Manajemen yang kami terapkan sangat sederhana, bagaimana memberikan yang terbaik pada pengunjung dengan tetap mempertahankan keasrian dan kesederhanaan sebuah angkringan”, jelas Drs Wiji Agus Purnama selaku penanggung jawab.

Pengunjung paling banyak, lanjut Dukuh Bodeh ini, memang terjadi pada Jumat-Minggu. “Kadang kami sampai kewalahan melayaninya, sejak buka sampai tutup tidak pernah berhenti. Keuntungan yang kami peroleh, dikembalikan kepada warga dalam bentuk CSR untuk berbagai kegiatan Dukuh Bodeh”, jelasnya.

Sarasehan pariwisata di angkringan Timbangan Tebu (Dok: mabur.co)

Sementara itu dalam sarasehan pariwisata yang digelar Pokdarwis Ambarketawang, dipimpin Suwandi dengan notulen Ika Annisa SPd (Kaur Tata Laksana), disepakati untuk mengangkat narasi sejarah dan potensi budaya sebagai karakter unggulan Kalurahan Ambarketawang.

“Kami merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan itu (Red, upaya mengangkat narasi) diperkuat dulu dengan peraturan kalurahan. Harapannya, ke depan bisa lebih tertata dan terkoordinasi secara benar, baik aspek legalitas maupun penganggarannya. Untuk itu kami perlu mengumpulkan sumber yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan sebagai lampiran Perkal nanti”, tandas Erma Heni Surya SE, Carik Ambarketawang.

Sedangkan Kamituwa Ambarketawang Martono SIP menyarankan, agar bisa lebih fokus pada program, perlu segera diadakan identifikasi potensi. “Misalnya talent yang mau bermain dalam acara yang terkait pentas sendratari atau kepanitiaan yang meng-handle. Hal ini penting mengingat waktu yang direncanakan juga tidak terlalu lama”, paparnya.

Setelah ziarah di pepunden makam Karang Tumbu (Dok: mabur.co)

Sedangkan pendamping pariwisata Dinas Pariwisata Sleman, Wahjudi Djaja, menyampaikan pentingnya mengangkat narasi sejarah terkait Kraton Ambarketawang. “Kita ingin agar narasi sejarah pesanggrahan Ambarketawang bisa diangkat sebagai event tahunan. Jika di Prambanan ada Sendratari Ramayana, tak salah jika kita mengangkat Sendratari Mangkubumi. Apalagi Mbak Laras Dea (Red, pendamping budaya) telah mampu mewujudkannya bersama Mas Bayu Aji Nugraha. Ini harus segera diberi ruang agar momentumnya pas”, tandas anggota Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) ini.

Sementara itu di Kalurahan Ambarketawang, Ketua Desa Budaya Wahyu Sakti Aji bersama Laras Dea memandu latihan karawitan. Mereka bersama muda-mudi Ambarketawang rutin berlatih seminggu sekali.

Hadir dalam sarasehan para perangkat dan pamong Kalurahan Ambarketawang, tokoh masyarakat, pengurus UMKM dan pengelola Angkringan Timbangan Tebu. Selepas sarasehan pariwisata dilanjutkan ziarah bersama di beberapa makam tua Dukuh Bodeh. Dukuh ini mempunyai keunikan terkait sejarah dan lanskapnya. Ada tujuh tempuran sungai dan tujuh makam (Karang Tumbu, Sarehan, Santen, Maja, Kemiri, Ngasem dan Bendo). Bodeh adalah satu dari empat kalurahan lama sebelum bergabung menjadi Kalurahan Ambarketawang.
(*)


Share

By About

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co