Ngayogjazz 2023, Saat Jazz Meledak Masyarakat Tersentak

Oleh: Wahjudi Djaja

Dusun Gancahan Sidomulyo Godean Sleman seperti meledak pada Sabtu (18/11/2023) malam. Empat panggung menjadi episentrum, dan ribuan penonton mengelilingi masing-masing panggung dengan tarian ritmis . Sedang ratusan UMKM yang mengular diantara sudut-sudut padusunan seperti transit atau penampungan.

Pilihan tema oleh panitia boleh diapresiasi. Handarbeni Hangejazzi. Sebuah upaya sadar atau strategi kebudayaan untuk mendorong dan mendekatkan musik jazz pada masyarakat. Saat masyarakat sudah merasa memiliki (handarbeni) musik jazz maka musik bisa menjelma menjadi generator pembangkit dan pemberdaya potensi masyarakat. Dalam beberapa hal, panitia yang dikomandoi Ajie Wartono dan Hattalawa relatif berhasil.

Penamaan panggung juga perlu diapresiasi. Ada empat panggung dengan nama yang penuh makna. Panggung I Hangayomi, sebuah tempat dimana pemiliknya mempunyai laku hidup yang suka membantu liyan. Berkat kompetensi dan laku hidup patembayan, sesuatu yang sudah dianggap aus, usang, rusak bisa diberi manfaat. Kadang hasilnya jauh lebih mahal.

Panggung II Hanresnani, sebuah cara yang pas jika kita paham lokasinya. Ada di depan sebuah joglo tua yang bagi masyarakat Gancahan memiliki catatan sejarah panjang. Ada tokoh sejarah yang dianggap pernah menjadi teladan karena mengedepankan cinta kasih meski dalam strktur sosial yang berbeda.

Panggung III Hanyengkuyung, berlokasi di persawahan. Mengingatkan pada laku hidup petani yang dalam diam tetapi kerja nyata dalam memberikan kehidupan. Desa adalah pilar utama kota, sakaguru negara. Tetapi siapa yang sadar akan peran desa ini? Orang kota justru berlomba-lomba merusak desa atas nama investasi.

Panggung IV Hamengkoni, hamangku, mangku di dekat embung Gagaksura dan makam Kiai Wirajamba. Jika seluruh Gancahan adalah semesta maka ada Kiai Wirajamba yang memangku. Dialah yang menanam akar sejarah tempat pohon kehidupan tumbuh, hidup dan berkembang. Jika Pangeran Diponegoro pernah perang di sungai Gagaksuro samping panggung, itu karena dia sedang meneruskan naluri sejarah Wangsa Mataram dan Hamengkubuwanan.

Dalam ke empat konfigurasi filosifis itulah Ngayogjazz 2023 diberikan maknanya. Tepat setahun lalu saya menjadi Pendamping Pariwisata Dispar Sleman di Kalurahan Sidomulyo. Fokus pengembangan memang berada di Gancahan. Potensinya luar biasa, mulai sejarah, budaya, religi, UMKM, kepemudaan, arkeologis sampai kuliner. Posisinya tepat di jantung Sleman barat. Mengapa desa ini belum maju seperti yang dibayangkan?

Kompleksitas permasalahan yang dihadapi Sidomulyo jamak terjadi dan ada di berbagai daerah. Kepemimpinan lokal yang kurang efektif, belum hangayomi. Ini tentu bukan berarti tidak melindungi tetapi kepemimpinan yang sadar potensi lalu membuka akses bagi pemberdayaan dan pengembangan dengan segala kewenangan yang dimiliki.

Faktor lain potensi yang dimiliki belum menjadi identitas yang harus dibela dan dibanggakan. Perlu upaya serius dan berkesinambungan untuk membangkitkan rasa cinta (hanresnani). Seberat apapun perjuangan untuk mengangkat potensi, selama dilandasi rasa cinta, segala halang rintang akan tumbang.

Dari dua faktor di atas, partisipasi warga masyarakat menjadi tidak maksimal. Agak aneh bahwa ajaran Kiai Wirajamba yang suka berderma (sehingga mendapat sebutan Donomurah) kurang dijadikan karakter. Keteladanan elite lokal memang perlu, karena masyarakat Gancahan sebetulnya relatif mudah digerakkan asal yang di depan memberi contoh. Mereka akan hanyengkuyung jika program dan komitmen disampaikan secara jelas. Swadaya warga sangat bisa diandalkan.

Faktor terakhir adalah pelibatan tokoh informal. Bukan hanya dalam sebuah acara, mereka perlu ditempatkan dan didudukkan sesuai perannya. Merekalah yang kini hamengkoni, dalam tutur dan sembur. Itu penting karena masyarakat Gancahan masih tergolong komunalisme, masih menjaga harmoni dan kohesi sosial.

Ngayogjazz 2023 jelas seperti gempa atau ledakan bagi masyarakat Gancahan. Bahwa sebuah event berskala intermasional dan massal tiba-tiba hadir, ada di tengah-tengah mereka. Dan itu bukan acara orang lain. Mereka sendiri yang bekerja dan mewujudkannya. Mimpi pun bisa jadi belum tentu. Itulah momentum.

Masyarakat Gancahan kembali ke rutinitas awal. Apakah momentum yang baru saja mereka ikut ciptakan itu membangunkan tidur panjang atau tidak, tergantung pada mereka. Kapitalisasi energi dan strukturasi gagasan harus segera dilakukan. Dan itu semua sangat tergantung pada generasi muda kreatif yang jumlahnya ratusan itu.

Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pariwisata telah memilih Gancahan sebagai tempat menaruh energi untuk membangun Sleman sisi barat. Semoga dengan Ngayogjazz 2023 ini bisa memperpanjang stamina dan energi untuk menatap masa depan Sleman yang maju, berbudaya dan sejahtera.

*Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS)

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co