Patriotisme Rempah

Oleh: Yudi Latif*

Saudaraku, saat pemerintahan China bertekad merekonstruksi “Jalur Sutra”, hendaklah kita ingat bahwa jalur sutra itu terpaut dengan “Jalur Rempah”. Bahkan ujung jalur sutra itu berhulu di pusat rempah dunia, Kepulauan Maluku (Propinsi Maluku Utara dan Maluku).

Kepulauan Maluku sebagai “titik nol” jalur rempah dunia berarti juga menjadikannya “titik nol” Indonesia. Sebagai tempat tumbuh flora endemik, terutama rempah, Kepulauan Maluku menarik kedatangan bangsa-bangsa asing. Bermula tertarik Maluku, sebagian lantas merambah berbagai kepulauan Indonesia lainnya, bahkan ada yang menjelma menjadi penjajah.

Pengalaman dan perjuangan bersama menghadapi kolonial (terutama) Belanda, dengan diselingi masa singkat penjajahan Jepang, itulah yang menjadi alasan terpenting mengapa kita (penduduk yang hidup di gugus kepulauan yang berserak mulai dari Dataran Sunda, Wallacea, hingga Dataran Sahul) bersatu menjadi Indonesia. Alhasil, rempah menjadi unsur pemancing yang menjadikan keragaman identitas Nusantara bersatu dalam rumah besar kebangsaan Indonesia.

Arti penting rempah senantiasa melampaui nilai intrinsiknya. Rempah memang mengandung bahan obat yang secar tradisional menjadi cerlang budaya Nusantara. Rempah juga menjadi bahan pengawet makanan saat mesin pendingin belum ditemukan. Lebih dari itu, para raja dan bangsawan menjadikannya lambang kekuatan supernatural dan keluhuran gaya hidup. Kaum agamawan menjadikannya medium transendensi mistikal. Para penikmat syahwat, menjadikannya “doping” kegairahan dan keperkasaan. Para pemuja pesona menjadikannya bahan kosmetik dan parfum.

Itulah sebabnya mengapa rempah menjadi salah satu komoditi terpenting yang mengubah dunia.
Karena itu pula mengapa Nusantara sebagai pusat rempah dunia menjadi “islands of temptation”, yang mendorong the age of discovery yang meluaskan kolonialisme di muka bumi.

Rempah sungguh penuh tuah. Jika Korea bangga dengan satu komoditi andalannya–ginseng, yang dijadikan ikon negara, mestinya Indonesia lebih bangga dengan keragaman rempah dan herbalnya. Kebanggan yang harus diiringi usaha gigih utk mengolahnya lebih cerdas dengan memberi nilai tambah sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

*Cendekiawan Muslim, Pengasuh Belajar Merunduk

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co