Oleh: Wahjudi Djaja
Langkah Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menggelar Dialog Publik Bersama Capres-Cawapres perlu diapresiasi. Dialog yang digelar di tiga kota, yakni Surakarta, Jakarta dan Surabaya dimaksudkan sebagai literasi politik bagi rakyat agar mengetahui visi dan kapasitas para pemimpin terkait peta dan kalkulasi Indonesia pada masa depan.
Dalam pandangan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir, perjalanan bangsa mengalami stagnasi, erupsi, distorsi dan deviasi dari apa yang telah pancangkan para pendiri bangsa. Untuk menuju negara yang berkemajuan, jalan yang harus dilalui cukup terjal. Itulah kenapa PP Muhammadiyah merasa perlu menggelar majelis dialog agar warga masyarakat tidak salah pilih dan cerdas dalam menentukan pilihan.
Pemimpi
Untuk menjadi seorang pemimpi bukanlah hal yang sulit. Siapapun bisa melakukannya. Mimpi merujuk pada sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Ia berada di dalam bawah sadar, dan karenanya kadang sering di luar nalar. Mimpi juga bisa berarti angan-angan. Sebentuk keinginan dalam bingkai imaji tentang sesuatu tetapi hanya seperti mengisi kekosongan waktu saja.
Sedangkan pemimpi adalah orang yang suka bermimpi meskipun tidak tidur atau orang yang suka berkhayal. Pemimpi itu ibarat orang yang suka onani. Ingin merasakan kenikmatan tetapi maya, tak nyata dan enggan menapaki proses secara wajar. Panjang angan-angan adalah kebiasaan yang tidak dikehendaki agama, karena ia mendorong pada pola hidup rakus, tamak dan lupa bersyukur pada nikmat karunia Tuhan.
Apa jadinya kalau negara ini dipegang oleh seorang pemimpi? Jalannya pemerintahan tidak ada kepastian, rakyat hanya dininabobokan dengan janji dan imaji kosong. Pemimpi sering lari dari kenyataan, tak bernyali menggerakkan perjuangan dan hanya berlindung di balik topeng kepalsuan. Pemimpi lahir dari pencitraan sesaat, bukan proses regenerasi alami dimana harus menghadapi tantangan dan ujian. Pemimpi sulit dijadikan imam karena laku langkah hidupnya irasional, abstrak dan tidak sistematis sehingga tak bisa dijadikan teladan.
Pemimpin
Pemimpin merujuk pada orang yang menduduki struktur organisasi lalu menggunakan kewenangan dan pengaruhnya untuk menggerakkan sumber daya yang dipimpinnya untuk bersama-sama meraih tujuan. Ia mensyaratkan kompetensi, kapasitas, network, kepribadian dan cakrawala berpikir di atas rata-rata. Untuk bisa memerankan tugas itu, dia harus sudah selesai dengan dirinya sendiri. Secara mental dia teruji, secara intelektual dia mumpuni. Artinya, sebelum memimpin orang lain dia telah mampu dan teruji memimpin diri dan keluarganya.
Seorang pemimpin (leader atau khalifah) adalah orang yang mampu menunjukkan jalan saat diterpa kesulitan, menyalakan lentera saat di kegelapan dan mampu membimbing menapaki perjalanan dan perjuangan. Pemimpin lebih luas dari penguasa. Ada penguasa yang hanya bisa memerintah tanpa pernah bisa menjadi teladan atau pemimpin. Perlu mulut berbusa-busa atau topangan senjata bagi seorang penguasa untuk bisa diikuti perintahnya, sedang seorang pemimpin akan lebih mudah diteladani karena berwibawa.
Memilah Memilih Pemimpin
Indonesia sedang menghadapi transisi suksesi kekuasaan. Ada banyak tipe pemimpin dalam studi Ilmu Sosial tetapi Pemilu 2024 hanya tersedia tiga pasang. Masing-masing mempunyai latar belakang yang berbeda. Tak ada pilihan lain, kita harus menjadi warga negara yang mandiri dan merdeka dalam memilih calon pemimpin. Hampir semua calon ada rekam jejak atau jejak digitalnya. Buka dan bacalah dengan cermat. Jangan terbawa hoax atau ikut-ikutan. Terjebak dalam pencitraan itu sangat menyakitkan dan melahirkan kekecewaan.
Bangsa besar dengan potensi raksasa ini tengah berada di tepi jurang. Praktik KKN dan intervensi kaum oligarkhi dalam beragam bidang kehidupan telah mencerai-beraikan ikatan dan kohesi sosial bangsa Indonesia. Mari menjadi bagian anak bangsa yang aktif mengambil tanggung jawab dengan memilih calon pemimpin–bukan pemimpi–yang kita harapkan menjadi nakoda atau pilot. Taruhannya amat besar jika kita salah memilah dan memilih pemimpin.
Ksatrian Sendaren, 24112023


