Prof Koesnadi Pembawa Pulang Lukisan Penangkapan Diponegoro

Banyak yang tahu lukisan Raden Saleh tentang Penangkapan Diponegoro. Tetapi tak banyak yang tahu siapa yang membawanya pulang ke Indonesia dari Belanda. Adalah Koesnadi Hardjasoemantri, mantan Rektor UGM (1986-1990) yang berjasa besar membawa pulang lukisan Raden Saleh yang merupakan hadiah untuk Ratu Belanda itu.

Lahir pada 9 Desember 1926 di Tasikmalaya, Jawa Barat dan wafat di Yogyakarta pada 7 Maret 2007, Koesnadi pernah menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda (1974-1980). Dia diminta langsung oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik untuk bernegosiasi dengan Belanda. Saat itu lukisan Penangkapan Diponegoro disimpan di Museum Bronbeek di Kota Arnhem, Belanda. Karena merupakan koleksi kerajaan, maka lukisan itu milik Yayasan Oranje Nassau yang diketuai Pangeran Bernhard (suami Ratu Juliana).

Alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan lulus pada 1964, Koesnadi meraih doktor di Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda (1981). Kuliah sambil menjadi atase kebudayaan yang harus berdiplomasi dengan Belanda, sungguh membanggakan.

Diplomasi yang panjang dan berliku beliau kerjakan agar bisa membawa pulang lukisan legendaris itu. Akhirnya lukisan itu berhasil dibawa pulang ke Indonesia pada 24 April 1978, bersama patung Prajnaparamitha (Ken Dedes) dan perhiasan Sultan Lombok. Momentumnya bertepatan dengan perayaan 200 tahun Museum Nasional. Kini masyarakat menjadi tahu di balik karya masterpiece Raden Saleh itu terdapat nama Koesnadi Hardjasoemantri yang lihai melakukan lobi dan diplomasi.

Pada 1969-1974, Koesnadi menjadi Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau yang menginisiasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN), dulunya bernama Pengabdian Mahasiswa kepada Masyarakat, Koesnadi mendapat gelar Bapak Kemitraan. Saat Orde Baru represif ke dalam kehidupan kampus, Koesnadi justru berada di barisan mahasiswa.

Bisa jadi hanya Koesnadi, rektor yang memperoleh gelar dan tanda penghargaan yang lengkap. Mulai Bintang Gerilya, Satya Lencana Perang Kemerdekaan I, Satya Lencana Perang Kemerdekaan II, Bintang Angkatan 45 dan sederet tanda jasa. Beliau memang dikenal sebagai Tentara Pelajar pada masa Revolusi Kemerdekaan. Pakar Hukum Lingkungan yang langka ini mendedikasikan ilmu dan hidupnya untuk kemajuan demokrasi.

Menurut alumni Sejarah FIB UGM, Isti Yunaida, generasi muda harus tahu siapa sosok Koesnadi. “Peran dan jasa Pak Koes sangat besar tidak saja bagi UGM tetapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara. Ini harus diangkat agar jiwa kepeloporan dan kepahlawanan beliau tidak dilupakan”, kata pengelola Museum Ullen Sentalu ini di Museum UGM, Jumat (24/11/2023).

Museum Universitas Gadjah Mada menggelar pameran temporer bertajuk Karsa Karya Koesnadi Hardjasoemantri mulai 16-29 November 2023. Beragam ide, gagasan, pemikiran, karya dan peninggalan mantan Rektor UGM yang merakyat itu dipamerkan.

Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama) Wahjudi Djaja SS, MPd sangat mendukung pameran itu. “Banyak fakta dan cerita tentang beliau yang belum diketahui mahasiswa dan masyarakat. Kasagama tentu mempunyai tanggung jawab moral intelektual untuk mengangkatnya. Kami berharap ada kolaborasi antara Kasagama, Museum UGM dan Departemen Sejarah FIB UGM untuk bersama-sama mengangkat tokoh besar ini”, tandasnya.
(jay)

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co