Resan, Cara Warga Wotawati Menjaga Semesta

Ada religi kuna yang masih hidup dan bertahan di dusun Wotawati, Pucung, Girisubo, Gunung Kidul. Dusun Wotawati merupakan satu-satunya dusun yang terletak di lembah Bengawan Solo Purba. Seperti diketahui, oleh UNESCO kawasan ini ditetapkan sebagai Geopark Gunung Sewu Network pada 2015 saat dilangsungkan Konferensi Asia Pasific Global Network di Jepang.

Religi yang dimaksud adalah keberadaan resan yang oleh masyarakat setempat sangat dijaga dan dihormati. Resan adalah tempat, bisa berupa batu, pohon, sumur atau tempat upacara yang diyakini telah ada sejak zaman nenek moyang. Untuk menjaganya, warga membuar pagar kayu. Anehnya, ada pamali terkait pagar tersebut karena tidak boleh dipaku.

Pada saat tradisi rasulan, resan menjadi prioritas untuk dibersihkan. Prosesinya dimulai dari rumah Kepala Dusun Wotawati dengan mengarak sesaji menggunakan anjang suci berisikan ambengan menuju Telaga Wotawati yang berjarak 900 meter. Upacara dipimpin oleh Mbah Kunci dengan berdoa di area resan, yakni tempat yang dianggap sakral. Tempat ini berupa batuan purba raksasa yang dikelilingi oleh vegetasi langka dan dijaga secara turun-temurun. Mbah Kunci adalah tokoh spiritual yang memiliki otoritas dalam menentukan hari baik, bentuk sesaji dan tata cara adat.

Keunikan sesaji rasulan Wotawati adalah dipersembahkannya “jangan ragang” yakni ayam kampung yang khusus dimasak oleh laki-laki tanpa diicipi terlebih dahulu. Disajikan dalam bentuk ingkung dan ayam bakar. Selain itu juga dilengkapi dengan sayur kelor, tumpeng dan “jangan gerus”, yakni sayur lombok dan tempe yang khas Wotawati.
(Jay)

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co