Mengikuti acara Ondo Wesi Forest Camp 2 di dusun Sanan, Ngrayudan, Jagaraga, Ngawi, Jawa Timur seperti diajak menapaki jejak perjalanan para leluhur. Meliuk melingkar mengitari Gunung Lawu, naik turun mengikuti jalanan antar dusun, dalam dingin udara yang membasuh jiwa raga.
Ada kesegaran yang ditampilkan, ada keindahan yang disajikan, ada kesahajaan yang ditangkap di keseharian. Warga Sanan begitu ramah menyapa tamu yang datang dari beragam arah. Sebuah kohesi sosial yang bisa memberikan bekal, bahwa selama dijaga maka harmoni bisa memberikan berjuta arti. Bahwa Bumi Pertiwi adalah tumpah darah yang harus dipelihara agar lestari.
Ondo Wesi Forest Camp 2 yang digelar tanggal 30 Juni sampai 2 Juli 2023 sesungguhnya dimaksudkan untuk menyadarkan siapa saja tentang pentingnya hutan, mata air dan budaya yang ada di dalamnya. Prosesi kirab budaya atau kenduri dan serangkaian acara yang ada di dalamnya hanyalah media. Tetapi tujuan utama dari kegiatan ini adalah bagaimana memberdayakan potensi desa menjadi berkah bagi warganya.
Di lekuk Gunung Lawu sisi selatan, warga Sanan menapaki kehidupannya. Mereka masih memegang teguh tradisi budaya dan kearifan lokal yang dimiliki. Semua berangkat dari kisah Kyai dan Nyai Soniti, sosok pembuka alas Sanan tempat tumbuhnya pohon sono yang dulu biasa dia pakai untuk membuat pikulan saat menjual injet (kapur sirih). Artinya, gerakan pemberdayaan potensi desa oleh para pemuda masih tetap berpijak pada akar tradisi.
Melihat kiprah para pemuda yang berjuang keras agar desanya maju dan makmur mestinya segera menyadarkan pemerintah Ngrayudan untuk memfasilitasi dan mendukungnya. Apalagi saat kirab budaya hadir juga Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Ngawi. Ini merupakan peluang dan kepercayaan yang harus segera ditangkap dan ditindaklanjuti.
Membiarkan para pengelola Ondo Wesi berjuang sendiri menghadapi bisnis destinasi wisata kelas kakap yang kian menggurita di desa-desa adalah langkah yang tidak bijak. Kelembagaan desa seperti Pokdarwis, Bumdes, KWT, Gapoktan dll bisa dijadikan jaringan kerja untuk saling mendukung dan menguatkan. Hanya dengan begitu potensi desa tak jatuh ke tangan drakula yang setiap saat siap menerkam.
(Jay)



