Pagi gerimis yang menyapu Denpasar tak menyurutkan semangat para mahasiswa STIE Pariwisata API Yogyakarta. Hari pertama benchmarking (Minggu 4/2/2024) diisi dengan identifikasi dan adaptasi budaya wisata Bali. Sejak masuk hotel sampai memulai perjalanan, mereka tekun belajar dan mendengar.
Salah satu keunggulan pengelolaan wisata Bali adalah keharusan menggunakan pemandu wisata atau pramuwisata (guide) lokal saat ada kunjungan ke destinasi yang ada di Bali. Hal ini salah satunya diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pramuwisata.
Pemerintah Provinsi Bali nampak mempersiapkan betul bagaimana mengelola potensi dan destinasinya. Selama perjalanan dari hotel menuju destinasi, pramuwisata dengan ramah menjelaskan apa saja yang dilihat secara mendetail. Bukan hanya bersifat sekilas, informasinya menyangkut ruh budaya yang menjadi karakter Bali. Mulai nama-nama Bali, patung, pasar, sampain jalanan yang dilalui. Sebuah mengangkat jatidiri secara terhormat dan menghargai tamu penuh harkat
Dalam pandangan dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta, Setiawan Priatmoko, SE MM, Bali memilik sejumlah keunggulan dibanding tempat lain. “Mereka menjaga betul norma budaya sebagai ruh pariwisata. Contoh kecil, uang parkir akan dikembalikan tanpa pernah memanfaatkan aji mumpung. Mereka menjaga betul apa yang orang Jawa sebut kuwalat. Pengelola wisata di Bali tidak kagetan saat ada kunjungan wisata yang melonjak dengan tetap mematuhi peraturan dan adat”, tandas kandidat doktor ini.
Dalam menghormati wisatawan luar yang muslim, lanjut dosen yang akrab disapa Pak Ray ini, para pengelola wisata menjalin kolaborasi dengan pengusaha kulier dari Banyuwangi. “Layanan wisata yang berbasis kesadaran budaya akan memberikan yang terbaik bagi wisatawan. Ini yang harus sama-sama kita pelajari dari Bali”, tandasnya.
Dalam pantauan mabur.co, jalanan yang sempit tak menjadikan warga marah saat ada bus luar masuk. Bahkan untuk parkir dan moving bus, pengelola hotel lain terbuka untuk kepentingan itu. Warga yang berkendara atau naik mobil juga dengan sabar menanti bus parkir atau keluar masuk hotel.
Kondisi itu tak luput dari perhartian para mahasiswa STIE Pariwisata API Yogyakarta. Di dalam bus mereka melontarkan sejumlah pertanyaan kepada pramuwisata tentang berbagai hal mengenai wisata dan budaya. Sepanjang perjalanan para mahasiswa menikmati pembelajaran.
(*)



