Sebagai institusi pendidikan tinggi bidang pariwisata, lokasi penelitian dan pengembangan STIE Pariwisata API Yogyakarta meliputi beragam sektor. Baik agrowisata, ekowisata, desa wisata, desa budaya, desa sejarah maupun desa bahari. Daya jangkau para dosen dan penelitinya itu didasarkan pada semangat pengabdian pada masyarakat.
Di tengah acara benchmarking ke Bali bersama 150 mahasiswa, tim dosen menyempatkan diri mengunjungi pusat konservasi binatang penyu di Tanjung Benoa Kabupaten Badung, Bali. Ada enam kelompok konservasi penyu di kawasan wisata itu. Keberadaan tempat konservasi di sebuah tanjung itu menjadi paket wisata tersendiri.

Bersama Ba’i pengemudi kapal boat asal Ambon, rombongan yang dipimpin Ketua STIE Pariwisata API Yogyakarta, Susilo Budi Winarno SH MH, menyusuri teluk menuju lokasi konservasi. Usaha penangkaran penyu yang semula dikelola secara swadaya itu berkembang berkat munculnya beragam usaha wisata di area Nusa Dua. Dalam pengamatan Setiawan Priatmoko, SE MM, upaya itu ada plus minusnya.
“Menjadi satu paket wisata modern memungkinkan para pengelola penangkaran memperoleh kepastian hasil. Meskipun mungkin kecil tetapi tingginya intensitas kunjungan menjadikan hasil yang lumayan. Dibanding misalnya dikelola sendiri oleh Pokdarwis atau kelompok wisata”, paparnya.

Konservasi penyu setidaknya mampu memberikan manfaat edukasi, wisata dan kelestarian lingkungan. Bagaimanapun Indonesia memiliki kekayaan akan keanekaragaman satwa langka dan endemik. Upaya ini harus terus didukung oleh berbagai stake holder lintas bidang baik lingkungan, pariwisata, kebudayaan maupun perikanan.
Setelah meninjau pusat penangkaran penyu dilanjutkan sarasehan bersama para pengelola konservasi. Hadir dalam acara itu Drs Endro Isnugroho MSi, Tuti Panghastuti SE MM, Yitno Purwoko MSc, Erna Wigati SPd MPd, Sulistiono MM, Andhyka Murti MPd, Wahjudi Djaja MPd dan sejumlah tenaga kependidikan.
(*)



