Tour de Malaysia (2)

Oleh: Maria Tri Widayanti*

Pagi tadi habis bangun malas-malasan, baru jam 08.00 kita mandi. Habis mandi nyari sarapan dekat-dekat hotel saja. Lihat antrian panjang nasi lemak. Akhirnya, sarapanlah kita.

Saat sarapan datanglah seseorang berpakaian coklat agak orange mirip biksu minta sedekah. Oleh Pak Minta Harsana dikasih 5 Ringgit. Sama orang tersebut dipakaikan gelang benang warna merah. Tangan Pasha dan tanganku, karena ngga cukup di tangan Paksu (Pak Suami). Kirain dapat souvenir habis kasih sedekah. Eh, nggak taunya gelang itu harus membayar 50 Ringgit. Marahlah suamiku, gelang dilepas dan dikembalikan.

Habis sarapan nyantai di hotel menunggu jemputan Mbak Bella, yang datang jam 10.30. Oleh Mbak Bella kami diajak keliling Kuala Lumpur.

Pertama diajak berkeliling yang benar-benar berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Lalu akhirnya parkir di halaman pasar seni.

Jangan bayangkan pasar seni macam di Sukawati, Gabusan, atau Beringharjo. Pasarnya sepi, tidak ada aktivitas tawar-menawar, dengan jenis jualan mayoritas replika Petronas. Pasar Seni didirikan tahun 1888, terletak di Jalan Tun Tan Cheng Lock dan bagian khusus pejalan kaki di Jalan Hang Kasturi, beberapa menit dari Jalan Petaling. Pasar ini didirikan pada tahun 1888 dan awalnya digunakan sebagai pasar basah, sementara bangunan bergaya Art Deco yang ada pada saat ini merupakan bangunan yang selesai pada tahun 1937. Tempat ini telah diklasifikasikan sebagai Situs Warisan oleh Badan Warisan Malaysia dan sekarang menjadi markah tanah di Malaysia.

Dari sini kami keluar jalan kaki. Menelusuri sungai Kelang yang bersih dan rapi. Sungai Kelang merupakan sungai yang mengalir melalui Kuala Lumpur dan Selangor ke Selat Melaka. Panjangnya kira-kira 120 km. Sungai ini masuk dalam program “Sungai Nadi Kehidupan”. Di sebuah tempuran sungai Kelang dan Sungai Gombak terdapat masjid Jamek (Jami’) Sultan Abdul Samad yang indah yang di kiri dan kanannya mengalir sungai. Dibangun tahun 1909. Sungai Kelang dan Sungai Gombak lumayan besar dengan DAS yang sudah disemen rapi.

Masih menelusuri sungai mengitari jalan sekeliling masjid, melihat orang jual semacam leker, otak-otak, dan lemper bakar. Beli beberapa biji sekedar buat icip-icip. Dari sini masih berjalan kaki melewati kompleks masjid India yang berarsitektur indah dan melintasi jembatan menuju Gedung Sultan Abdul Samad.

Gedung Sultan Abdul Samad adalah sebuah gedung yang dibangun pada tahun 1897. Nama gedung merupakan nama dari Sultan yang memerintah di Selangor tahun 1857-1898. Gedung ini dipakai bersama oleh Negeri Selangor dan Sekretariat Persekutuan hingga tahun 1974.

Di depan Gedung Sultan Abdul Samad terdapat Dataran Merdeka atau Lapangan Merdeka. Di tempat ini, bendera Union Jack diturunkan dan bendera Federasi Malaya dikibarkan untuk pertama kalinya pada tengah malam tanggal 31 Agustus 1957.

Di seputar dataran merdeka terdapat Titik 0 km, perpustakaan daerah, museum Nasional, Museum Tekstil. Namun sayangnya pas kita ke sana, tutup.

Perjalanan lanjut menuju Jalan Petaling atau Petaling Street, merupakan kawasan pecinan. Jalan Petaling telah menjadi tempat bisnis dan pelestarian budaya dan tradisi masyarakat Cina di Malaysia, dengan kuil Buddha dan toko yang menjual colok, obat tradisional, dan makanan Tionghoa. Pada awal petang hingga lewat malam, penjaja akan menjual barang mereka di jalan. Kawasan ini terkenal akan produk bajakannya seperti sepatu dll. Pasar itu sangat ramai dan harus pinter menawar.

Stop dulu deh cerita jalan kakinya…… ntar lanjut di post selanjutnya.
(Bersambung)

*Dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta

0

Share

By About

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mabur.co

© 2025 Mabur.co